Minggu, 14 Agustus 2016

Stabilisasi Syari'at

Syari'at itu mencakup dimensi dhohir dan bathin
bagi seorang hamba yang kesadarannya masih dalam tataran kesadaran materi, syariat diperlukan baginya untuk membiasakan diri jasadnya agar berlaku baik (hasan)
juga untuk membangkitkan gairah / kerinduan untuk berhijrah menuju kesadaran jiwa
yaitu tataran kesadaran yang lebih tinggi dan mendalam lagi daripada kesadaran materi

dalam tataran kesadaran jiwa pun, syariat tetap berlaku dan dibutuhkan untuk menyeimbangkan dan menjaga spirit dalam perjalanan hijrah tersebut (suluk)
seandainya ia melupakan syariat yang notabene mengatur langkah jasad /materi, tentu ia akan bermalas - malasan
walhasil jiwanya vakum, mandeg, bahkan terjatuh lagi dalam kesadaran materi
jika sudah demikian, ia akan merasakan kegalauan dan kegetiran laksana ia berada di dalam neraka
sampai ia memulai lagi perjalanan jiwanya dari syariat kesadaran materi

demikian pun jika ia telah semakin masuk ke dalam kesadaran ilahiah
yakni kesadaran yang lebih tinggi dan dalam lagi daripada kesadaran jiwa
syari'at itu dibutuhkan untuk menyelaraskan jasad - jiwa - ruh nya

Manusia yang telah selaras antara jasad - jiwa - ruh nya
maka dialah yang disebut sebagai insan kamil
manusia yang sempurna; khalifatulloh; waliyulloh
atau lebih pantas ia disebut sebagai hamba Alloh (abdulloh)
sebagai penghormatan atas penghambaannya kepada Alloh
Jasadnya sujud, Jiwanya rukuk, Ruhnya jumeneng (Aqimish-sholah)
senantiasa sambung dirinya dengan alloh
menegakkan sholat dalam setiap waktu
itulah yang disebut sholatud-daim
sholat yang berkepanjangan

0 comments:

Posting Komentar

Paling Sering Diakses

Bersikap Menerima Ketika Dalam Keadaan Fasik

 فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا "Maka Alloh mengilhamkan kepadanya (jiwa) kefasikan dan ketakwaan" [Q.S. Asy-Syams : 8] sej...