Tentang Kemerdekaan

Yang paling sejati dari kemerdekaan adalah posisi di mana kita selesai dari batasan batasan diri kita yang muncul karena persepsi kita sendiri sendiri.

Energi Semesta Adalah Jumbuh Dengan Manusia

Seluruh Elemen Semesta Telah Manunggal dalam diri kita semua tanpa terkecuali, dan satu kunci untuk mengaksesnya adalah kesadaran anda.

Titik Agung Peradaban

segala sesuatu memiliki akar, maka akar dari peradaban yang gemilang adalah.....

Senin, 14 Agustus 2017

Ridho dan Ikhlas

Sering saya ungkapkan di dalam blog ini
Bahwa takaran dan alat ukur itu penting untuk menemukan kebenaran dalam menanggapi informasi yang ada
Kalau saya ngomong tentang Roda
Jangan asal dianggap setiap roda itu adalah roda motor.
Kecuali kalau anda benar benar telah menyimak secara kontinyu bahwa topik kita pada saat membicarakan roda itu adalah berkaitan dengan motor.

Wallohu'alam
Itu sekedar muqoddimah saja di awal tulisan ini.

Sahabat sekalian......
Beberapa diantara kita mungkin ada yg masih memerlukan sedikit uraian tentang apa itu yang disebut dengan Ridho dan apa itu yang disebut dengan Ikhlas.

Kalau anda sudah berada di dalam wilayah kesadaran ilahiah
Yaitu sadar total akan hubungan anda dengan Alloh, tentu ridho dan ilhlas ini adalah sesuatu yg sudah tidak rancu
Namun bagi beberapa sahabat dan saudara kita yg kebetulan masih terjebak dalam ranah fikiran
Dan sedang dalam perjalanan menfitrahkan kembali fikirannya
Tentu ini adalah sesuatu yg penting

Sahabat.........
Ridho dan Ikhlas ini sejatinya adalah sama, namun karena penerapannya saja yang kemudian menyebabkan dalam penyebutannya tampak beda

Ridho adalah posisi menerima yang disertai kesadaran secara mendalam bahwa yang diterimanya adalah benar benar dari Alloh (min-Alloh)
Ikhlas adalah posisi melepaskan / mengeluarkan sesuatu yang semula melekat pada diri kita. Dan tentunya dibarengi dengan kesadaran penuh bahwa yang pertama kali menerima apa apa yg kita lepaskan adalah Alloh (ilalloh)
Sehingga kedua hal tersebut akan membuahkan kesadaran secara mendalam bahwa hubungan kita dengan Alloh adalah benar benar sangat dekat (ma'alloh)

Kalau anda sedang berada dalam posisi apapun saat ini, maka sikap yg anda ambil tentu adalah ridho, sedangkan saat anda melepaskan apa saja yg sebelumnya sempat ada di dalam lingkupan diri anda, sikap yg sangat perlu anda ambil adalah ikhlas.

"Lho mas, kalau begitu bagaimana dengan adanya sikap ikhlas menerima dan rela/ridho memberikan?"

Sebenarnya itu adalah sikap yg sama, hanya saja penggunaan katanya yg sedikit mangalami kerancuan.
Ikhlas menerima ya sebenarnya Ridho itu sendiri
Sedangkan rela/ridho memberikan adalah ikhlas itu sendiri

Kalau anda secara pribadi paham bagaimana model ikhlas menerima tentunya anda paham apa yg dimaksud ridho
Begitupun sebaliknya

Wallohu'alam, saya selesai di sini dahulu, semoha bermanfaat
(Di sini sudah Isya')

Suluk adalah......

Secara bahasa suluk berarti perjalanan, secara budaya maupun tradisi, suluk dapat dipahami sebagai perjalanan jiwa.
Sedikit berbeda dengan thoriq yang juga jalan namun lebih condong ke ranah fisik / materi.
Shiroth adalah medianya atau jalannya.

Suluk adalah perjalanan jiwa
Dimana yang bergerak untuk melakukan perjalanan adalah jiwanya
Bukan raganya, bukan fisiknya lagi terlebih egonya
Ego sendiri adalah percikan dari momentum gerak fisik yg teradiasi oleh gerak angan angan / fikir.
Angan angan ini timbul karena efek tangkapan panca indra yang beradu padu di dalam memori otak yang kemudian juga kita sebut dengan fikiran.
Kebiasaan aktifnya fikiran dalam hal menangkap berbagai macam informasi dari panca indra ini lantas terbawa secara bebas dalam bentuk imajinasi
Ini lah cikal bakal angan angan

Thoriq, adalah perjalanan atau tahapan yang melibatkan unsur jasad termasuk fikiran
Terkadang lisan, jari jemari, hingga pikiran dipusatkan pada satu titik temu yang disebut dengan wirid.
Yakni melafalkan bacaan tertentu untuk menggerakkan ranah pikirnya dan raganya untuk mencapai satu kondisi ketertataan.
Secara simpel bisa kita katakan bahwa thoriq adalah proses penataan pikiran
Agar ia ia tidak liar dalam berkhayal atau berimajinasi atau berandai andai atau berangan angan.

Shiroth adalah bentuk jalannya
Ada yang menggunakan jalan sholawat, wirid asmaul husna, tasbih tahmid takbir, tahlil dan lain sebagainya.

Kembali lagi
Sedangkan suluk adalah diluar sekaligus di dalam itu semua
Atau sudah tidak terlepas dan terbebas dari itu semua
Jika thoriq yang ditekankan adalah penataan pikiran
Maka suluk adalah sudah selesai dari penataan pikiran
Atau langkah selanjutnya yg dilakukan setelah pikiran itu tertata sebagaimana mestinya/ sesuai fitrahnya

Suluk, yang digerakkan adalah jiwanya
Bukan lagi pikirannya.

Maka kalau anda menemui orang yang penuh dengan analogi pikir yg luar biasa ribetnya, dia sedang dalam proses pergerakan pikir.
Dimana dia sedang dalam tahap pencarian atau dengan kata lain sedang mensinkronkan pikirannya atas berbagai informasi yang masih belum jelas baginya apanya itu suatu capaian kebenaran ataukan bukan.

Orang orang suluk biasanya ia akan lebih damai atas berbagai bentuk nalar fikir.
Karena sudah bukan wilayahnya untuk berbelit belit dalam ranah pikiran lengkap dengan analogi analoginya.

Pikiran, fitrahnya adalah untuk menangkap bentuk perintah atau kehendak dari si jiwa.
Si jiwa pergerakannya adalah menuju Alloh. Sang Penguasa Sejati
Robb semesta Alam
Yang meliputi segala ruang dan waktu
Yang mengkondisikan berbagai macam keadaan
Dengan kata lain
Jiwa, fitrahnya adalah memerankan apa yg telah diperintahkan oleh Alloh
Maka dia disebut sebagai khalifatulloh fil-ardhi

Oke, sampai sini semoga kita diberi kefahaman oleh Alloh.
Wallohu'alam bish-showab

Jumat, 11 Agustus 2017

Sikap Saat berhadapan Dengan Hati Yang Keras

Alloh maha kuasa atas segala galanya, termasuk menciptakan banyak hal dari sesuatu yang sama sekali berada di luar nalar logika kita.
setidaknya itu salah satu hikmah yang diungkapkan di dalam Q.S Al-Baqoroh ayat 60
digambarkan dengan lugas tentang air yang memancar dari Bebatuan Padat nan Keras.
dapat kita ambil hikmah sedikit sekiranya bebatuan itu di zaman ini atau di ranah spiritual adalah rupa daripada hati yang mengeras.
sedangkan ayat yang ke-61 dari surah al-Baqoroh menggambarkan secara gamblang tentang keingkaran / kekufuran makhluqnya ketika diberi kecukupan rizki.

beberapa hikmah dapat kita petik dari 2 ayat ini, selengkapnya dapat disimak dalam vidio di bawah ini :
semoga bermanfaat. amin

Sabtu, 05 Agustus 2017

4 Nafsu yang Satu

Dari sekian banyaknya metode pengenalan diri, ada beberapa yg mungkin dapat kita serap dan padatkan.
Bicara tentang nafsu, mungkin di dalam benak kita akan bermunculan bermacam macam persepsi yang memunculkan imajinasi berbentuk sosok sosok.
Kalau nafsunya lawwamah, sosoknya bagaimana. Nafsunya amarah bagaimana dan semacamnya.

Saya akan berangkat dari takarannya dulu.
Kalau kita bicara tentang nafsu, berarti kita musti sepakati dulu. Ini yang dimaksud adalah nafsu yang merupakan kata serapan dari bahasa arab kah? Atau nafsu yg selama ini kita pahami sebagai macam macam keinginan?
Takaran ini memang penting. Kalau saya ngomong 'kilo' dalam ranah satuan meter, lalu lawan bicara saya memahami 'kilo' dalam satuan gram. Tentu akan sangat rancu. Bahkan apabila hal ini terjadi pada dialektika konsep spiritual, akan sangat lucu jadinya.

Oke mari kita mulai.
Nafsu yang saya maksudkan di sini adalah nafsu yang berarti 'diri'.
Berangkat dari kata 'an-nafs' dalam kosakata arab.
Secara umum sebagian dari kita mungkin telah memahami adanya bermacam macam jenis nafsu. Ada yang namanya sufiyah, lawwamah, muthmainnah, amarah dlsb.
Setidaknya dari keempat nama itu saja persepsi kita mulai terkotak kotak.
Maklum kita sekarang sedang disuguhi cara berpikir yg terkotak kotak, fakultatif. Jadi sangat wajar jika pola pikir kita musti lebih pelan dan santai untuk memahami hal hal yg bersifat universal. Kesatuan, kemanunggalan, tauhid.

Empat nama yg dilekatkan pada kata 'nafsu' di atas itu sebenarnya adalah pensifatan atas tingkah polah si diri manusianya.
Diri / nafsu dikatakan ammaroh adalah ketika dia dipenuhi oleh sifat sifat yang penuh keinginan. Dimana siapapun orangnya yg dalam benaknya dipenuhi oleh berbagai macam keinginan, rata rata ia akan mengambil sikap gegabah, terburu buru, bahkan sampai suka marah marah akibat banyaknya endapan keinginan yg belum tercapai.
Nafsu / diri dikatakan sufiyah apabila dia dipenuhi kehendak untuk berbuat kebajikan, keinginan untuk mendekat kepada Alloh. Kehendak untuk beribadah dan lain semacamnya.
Dikatakan sebagai lawwamah apabila ia cenderung bersikap malas dalam hal apapun termasuk melangkahkan dirinya kehadiratulloh hingga perkara perkara duniawiyah.
Dan dikatakan muthmainnah apabila dia telah mencapai kondisi ketenangan dan ridho atau menerima setiap bentuk ketentuan dari Alloh yg berlaku atas dirinya.

Nama nama atau sebutan sebutan itu hanyalah gelar yg disandangkan kepada si pelaku saja. Sebenarnya esensinya ya satu. Diri itu sendiri.
Sama halnya ketika si-A mencuri dia akan disebut maling, apabila si-A bersedekah dia akan dikatakan dermawan, apabila si-A bertaubat lantas menjadi rajin ibadah dia dikatakan sebagai 'Abid, apabila ia enggan berbuat apapun dikatakan sebagai pemalas.
Sama halnya apabila pakde paklek saya memanggil saya dengan sebutan Donie al-Murtadho, sahabat sahabat majlis suluk menggelari saya dengan sebutan Donie Gemblung, sedangkan orang tua saya sendiri memberi nama Donie Verdyan.
Orang nya sama, namun beda penyebutannya saja.

Begitupun Alloh. Ketika DIA berfirman, "berdoalah dengan menyebut ar-Rahman atau nama nama indahKU yang lain".
Bukan berarti ar-Rahman dan ar-Rohim adalah entitas yg berbeda.
Ini adalah hal yg sangat mendasar.
Kita jangan mudah terjebak pada bentuk betuk kosakata semata.
Kesadarandan sudut pandangnya musti meluas.

Jadi jangan mengira di dalam batang tubuh kita ini ada banyak bentuk bentuk jiwa.
Jiwa kita atau diri kita ini ya satu.
Sebagaimana raga kita yg hanya satu ini.
Jiwa adalah diri atau nafsu itu sendiri.
Biar tidak rancu lagi.
Selebihnya tentang pengenalan tentang diri saya kira sudah sering saya ulas di blog ini, semoga sedikit tulisan ini bermanfaat.
Jika ada yg masih bingung silahkan hubungi saya.

Paling Sering Diakses

Bersikap Menerima Ketika Dalam Keadaan Fasik

 فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا "Maka Alloh mengilhamkan kepadanya (jiwa) kefasikan dan ketakwaan" [Q.S. Asy-Syams : 8] sej...