Tentang Kemerdekaan

Yang paling sejati dari kemerdekaan adalah posisi di mana kita selesai dari batasan batasan diri kita yang muncul karena persepsi kita sendiri sendiri.

Energi Semesta Adalah Jumbuh Dengan Manusia

Seluruh Elemen Semesta Telah Manunggal dalam diri kita semua tanpa terkecuali, dan satu kunci untuk mengaksesnya adalah kesadaran anda.

Titik Agung Peradaban

segala sesuatu memiliki akar, maka akar dari peradaban yang gemilang adalah.....

Jumat, 04 Februari 2022

Gerak Diri Gerak Alloh

Setiap Percikan IDE atau GAGASAN, kerap kali itu muncul atas dorongan dorongan Daya Ilahiah.

Getaran yang kerap kali timbul di dalam diri kita, yang lalu kemudian biasa kita sebut sebagai "Gairah" atau "Hasrat", adalah merupakan perpaduan dari keinginan dan daya ilahiah.

Alloh selalu bergerak menyertai kita semua. DayaNya seirama dan selaras dengan do'a (Permohonan)serta kesiapan bathin kita. Kesadaran adalah laksana jari jemari yang menekan tombok aktivasi "Daya Ilahiah", sehinga berproseslah "Kun Fa Yakun" -Nya, ata berlaku PengAdaan PengadaanNya.

suatu proses Pengadaan (Yakuun) di balik segala hal atau peristiwa (Haula) pastilah memliki bobot / muatan kekuatan (Quwwata) Alloh. dan apabila ia Quwwata- ini diterima oleh seseorang, dan kemudian ia bergerak selaras denganNya, tindakan sedemikian itulah yang dinamakan 'Ikhtiar".

Jadi "Ikhtiar" adalah tindakan yang berdasarkan tuntunanNya melalui getaran Daya Ilahiah. bukan merupakan tindakan yang asal asalan layaknya tebak tebakan, kalau melakukan ini atau itu mudah mudahan mendapatkan ini dan itu. melainkan lebih ke arah "saya melakukan ini karena Alloh menghendaki saya melakukan ini". 

فَاِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِّنِّيْ هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ - ٣٨

"Maka jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati" [Q.S Al-baqoroh : 38]

Demikian itu ketetapan dariNya, sebuah kabar menggembirakan sekaligus informasi untuk menyadarkan kita semua bahwa DIA pasti menurunkan petunjukNya untuk membimbing kita dalam menapaki segala bentuk problematika hidup di dunia. Demikain pul dinyatakan bahwa memang benar Daya Ilahi itu jika kita ikuti , tidak kita ingkari , maka ia akan membawa kita pada banyak keadaan al-Falah (Kelapngan), kebahagiaan, keberuntungan, juga keselamatan.

Maka Alloh berkali kali menyadarkan kita melalui Al-Qur'an, kalamNya yang Agung. Bahwa DIA senaniasa membersamai kita (wa huwa ma'akum aina maa kuntum). DIA tidaklah jauh di luar diri kita, justru sangat sangat dekat di dalam kalbu kita (wa nahnu aqrobu ilaihi min hablil warid). serta senantiasa bergerak menggerakkan akal pikiran kita (kulla yaumin huwa fi sya'n) yang kemudian memunculkan berbagai ide - ide lalu menjelma dalam bentuk gerak kita.

ide ide luhur ituakan berakhir pada tindakan tindakan yang didasari oleh kesadaran kita. Apakah kesadaran kita mau menerima serta mengakui bahwa ide ide tersebut murni dari Alloh ataukah justru enggan mengakui apalagi menerimanya. Sehingga ia akan menggerakkan atau memicu ide lain yang menjatuhkan yang menyengsarakan atau yang dalam bahasa al-Qur'an disebut sebagai ilham Fujur.

Maka Alloh selain menyatakan bahwa DIA adalah Sang Maha Pemberi Petunjuk / Al-Hadi, Sang Maha Kasih, Sang Maha Welas, DIA juga memperkenalkan DiriNya bahwa Dia jualah yang akan menyesatkan hamba hambaNya. yaitu tentu saja hambaNya yang mengingkari adanya petunjuk dariNya.


فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًاۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ۢ ەۙ بِمَا كَانُوْا يَكْذِبُوْنَ
"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta." [Q.S Al-Baqoroh : 10]

hati manusialah yang sebenarnya berpenyakit, lantas DIA merespon dengan benar benar menambah penyakit yang kelak mengunci hati dan kesadarannya dalam menyaksikan eksistensiNya. serta tidak dapat lagi mengenali petunjuk petunjukNya / buta.

Berdasarkan kesiapan kesadaran kita, Dia akan melimphkan petunjukNya. Daya Ilahi hanya menyelaraskan kesesuaian bathiniah / alam bathin manusia kemana akan dihadirkan realitas bagi manusia.

Do'a dan Ijabahnya

Maka dari itu, Sang Rosul Alloh, manusia paripurna s.a.w mengingatkan kita bahwasannya Alloh s.w.t berfirman, "Aku sesuai persangkaan hamba hambaKU terhadapKU". 
hadirnya prasangka seringkali berupa rasa di dalam dada yang disertai gambaran gambaran dalam benak (visualisasi). sedangkan Do'a yang merupakan kegiatan memohon atau yang lebih tepatnya merupakan Komunikasi 'Menyapa' Alloh, akan sangat mujarab tatkala disertai sikap yang hadir / khudhur. artinya menta rasa dan visual dalam benak selaras atau sesuai dengan ucapan (lafal doa).

Sebagaimana janji Alloh, Ud'uni astajib Lakum -berdo'alah, Aku perkenankan bagi kalian- 

Setiap getaran hati sejatinya adalah merupakan perwujudan doa. perwujudan dari sapaan permohonan kepada Alloh s.w.t. setiap gerak pikiran adalah merupakan do'a.
Sedangkan Alloh s.w.t sangat mengetahui segala sesuatu hingga yang terhalus yang terbesit di dalam bathin manusia. DIA sangat mengetahui apa apa yang tergetar dan digetarkan dari dalam lubuk diri manusia. 

Gerak Pikiran

gerak dan getaran pikiran seringkali terpicu oleh berbagai keadaan realitas duniawi yang sedang dihadapinya, kemudian mewujudkan rasa butuh juga ingin di dalam diri. Realitas duniawi bisa jadi merupakan cara Alloh untuk membawa kita kembali menyapaNya. membawa kita merasakan butuh bercengkrama dengan EksistensiNya. maka sejatinya respond kita dalam menghadapi berbagai hal, akan dapat menjadi barometer seberapa iman dan ikhlasnya diri kita di hadapan Alloh s.w.t. sangat mungkin realitas duniawi menjadi ajang penentu seperti layaknya ujian di sekolah. Pada dasarnya, realita dan respond kita akan saling bercengkrama membentuk realitas baru berikutnya.

Maka Alloh telah menyatakan melalui lisan NabiNya, bahwasannya Pagelaran Dunia seisinya ini hanyalah merupakan ajang ujian semata untuk menguji siapakah yang bersyukur beriman dan siapakah yang kufur.

dalam penerapannya, seseorang yang ingin lepas dari suatu keadaan menuju keadaan lainnya, sebenarnya hanyalah perlu mengubah respondnya atas realitas yang sedang dihadapinya. dalam islam sangat banyak khazanah khazanah yang mengajarkan kita untuk merespond kehidupan. semisal ketika mulai jenuh dengan kemiskina (dalam hal finansial), respond kita terhadap kemiskinan bukanlah dengan membencinya, tapi justru dengan mencintai dan mensyukurinya. menerima dan menyadari bahwa itu merupakan bagian Alloh untuk memuliakan hambaNya. lihat saja dengan adanya pernyataan baginda nabi tentang keutamaan miskin.

selama kita tidak menyadari adanya peran Alloh di dalam suatu peristiwa, niscaya kita akan terkurung dalam lingkaran kekufuran. sekalipun miskin memliki banyak keutamaan, namun di dalam keadaan miskin juga menyimpan batas kekufuran. Rosululloh s.a.w bersabda, "fakir itu sangat dengan kufur". demikian juga keadaan kaya raya berkelimpahan. memiliki dua potensi syukur ataukah kufur. untuk berlepas dari suatu keadaan menuju keadaan yang lain, yang perlu kita rubah adalah cara pandang dan respond kita terhadap suatu keadaan itu. tatkala kita mengkufuri suatu keadaan, selama itu kita akan berkecimpung di dalam keadaan tersebut. sebaliknya, tatkala kita mensyukuri keadaan kita, Alloh akan menaikkan derajat kita dari keadaan yang semula. dan penaikan derajat ini ditandai dengan kematangan Mental bathin kita. atau kematangan / kesiapan jiwa kita untuk menerima keadaan yang lebih baik dari sebelumnya.

Kesiapan Jiwa Kematangan Mental

Kesadaran bathin kita akan membentuk kesiapan baru bagi jiwa kita dalam hal menyambut suatu perubahan keadaan. tatkala jiwa lebih siap menerima suatu hal / peristiwa, ia (jiwa) akan memicu indrawi indrawi kita untuk lebih fokus mencerap hal hal yang berkaitan dengan kesiapan jiwa tersebut. dengan kata lain indrawi akan memiliki kecondongan tersendiri akan hal hal baru tersebut.

misal ketika jiwanya lebih siap dalam hal finansial, maka ia akan tergerak untuk menyukai berbagai hal yang berhubungan dan mendukun perkara perkara finansial. atau ketika jiwanya lebih siap dalam hal keilmuan keilmuan, maka ia akan sangat mudah menemukan berbagai hal yang menumbuhkan kesukaannya pada bidang keilmuan, yang menambahkan ilmu ilmu baru bagi dirinya. semua realitas peristiwa seolah mendukung apa yang menjadi kesiapan bagi jiwa kita.

Maka dahulu sesepuh tanah jawa, kanjeng Sunan Bonang pernah menuliskan dalam Serat Suluk Wujilnya "Perhatikanlah wujil, Dunia Ini Luluh lantak akibat gerak jiwamu". seolah beliau mengisyaratkan bahwa gerak jiwa, kesiapan jiwa, kematangan mental terhadap suatu hal itu sangat menentukan kondisi kita dalam pagelaran hidup ini berikutnya.

Jiwa, seringkali memperoleh kesiapan kesiapan mentalnya berdasarkan pergaulannya. bahkan pergaulannya semenjak kecil dapat mempengaruhi polah gerak jiwanya. sebagaimana isyarat Nabi s.a.w "Setiap bayi yang terlahir itu berada dalam keadaan fitrah, polos, suci, netral. ibu bapaknyalah yang kelak menjadikannya majusi-nasrani-yahudi", karena memang pergaulan seorang bayi paling pertama adalah ibu bapaknya. maka berangkat dari pergaulan itulah kemudian membentuk kebiasaan hingga kesiapan jiwa dalam mengundang dan menerima realitas kelak dikemudian hari. 


Paling Sering Diakses

Bersikap Menerima Ketika Dalam Keadaan Fasik

 فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا "Maka Alloh mengilhamkan kepadanya (jiwa) kefasikan dan ketakwaan" [Q.S. Asy-Syams : 8] sej...