Jumat, 28 April 2023

Bersikap Menerima Ketika Dalam Keadaan Fasik



 فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا

"Maka Alloh mengilhamkan kepadanya (jiwa) kefasikan dan
ketakwaan" [Q.S. Asy-Syams : 8]

sejatinya, setiap segala sesuatu yang terhampar di sekeliling kita ini adalah sudah benar adanya. telah merupakan suatu ketentuan pasti dari Alloh azza wajalla. termasuk juga ketika kita dirundung keadaan fasik (misalnya) terpaksa melakukan sesuatu yang kita tau bahwa itu kurang tepat tapi entah kenapa kita terpaksa melaksanakannya juga. sebagai contoh ringan, kita tahu bahwa membayar hutang, itu baiknya adalah disegerakan jika kita sudah ada bekal untuk membayarnya. namun entah kenapa tiba tiba pas "punya" kita takut bahwa jika uang itu dibayarkan sekarang, maka esok mau makan apa, belanja dengan apa dan seterusnya dan seterusnya. maka jadilah kita menunda pembayaran hutang tersebut. maka kelakuan fasik ini terpaksa kita lakukan.

contoh lain yang sangat gampang adalah menggunjing teman dan sesamanya. menggunjing adalah tindakan yang fasik, namun tidak jarang muslimin terjerumus dalam tindakan seperti itu. sekalipun semua tahu bahwa ini adalah tindakan yang fasik.

nafsu / jiwa yang terkadang memiliki kecenderungan menyesal, (nafsul lawwamah) tidak jarang menjadi celah empuk bagi musuh nyata manusia (iblis/setan) untuk membisikkan prasangka tidak baik atas diri dan ketetapan Alloh s.w.t.
seringkali nafsu lawwamah akan menjadi jalan untuk membisikkan betapa kita ini tidak sempurna, betapa diri itu masih jahat, betapa diri itu masih suka maksiat, dan lebih bahayanya lagi ketika nafsu lawwamah itu digunakan jalan untuk membisikkan pernyataan menyesatkan "betapa Alloh tidak menyayangi dirinya, sehingga Alloh menetapkan bagi dirinya tindakan yang tidak benar"

sehingga jika akal kita tidak memfilter bisikan bisikan itu dengan ilmu, lalu serta merta membenarkannya. tentu ini akan membawa sikap ketidak puasan terhadap ketentuan Alloh. dan ini adalah kecelakaan yang fatal sebenarnya. dirinya menjadi tidak ridho Alloh sebagi pengatur hidupnya (robb), dengan kata lain, yang seperti ini adalah sikap kufur yang tersembunyi (halus). naudzubillah min dzalik.

mengenai ayat yang kita munculkan di atas, dikisahkan dalam tafsir ibnu katsir bahwa dahulu pernah ada seorang laki laki dari bani Muzayyanah atau bani Juhainah yang datang kepada Rosululloh s.a.w lalu bertanya, "wahai Rosululloh, bagaimanakah menurut anda tentang apa yang dikerjakan oleh manusia. yang mana mereka bersusah payah menanggulanginya. apakah hal itu merupakan sesuatu yang telah ditetapkan atas mereka dalam takdir terdahulu, ataukah hal itu merupakan sesuatu yang mereka terima dari apa yang disampaikan oleh Nabi mereka kepada mereka lantas diperkuat dengan hujjah atas diri mereka".
maka Rosululloh s.a.w menjawab, "Tidak demikian, sebenarnya hal itu adalah sesuatu yang telah ditetapkan atas diri mereka"
lalu laki laki tersebut kembali bertanya, "lalu apakah gunanya kita beramal?"
Rosululloh s.a.w menjawab, "barangsiapa yang diciptakan oleh Alloh untuk mengerjakan salah satu di antara keduanya, maka Alloh telah menyiapkan untuk itu".
dan hal yang membenarkan (pernyataan) ini dalam kitabulloh adalah firmanNYA yang menyatakan, "demi jiwa serta penyempurnaannya. Maka Alloh mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan". [Asy-Syams : 7-8]

sejatinya, apabila Alloh menghendaki kebaikan bagi diri hamba hambanya, maka Alloh akan menetapkan bagi hambanya untuk melakukan tindakan tindakan yang memang baik baginya. pun demikian sebaliknya, sesuatu yang tidak tidak bermanfaat yang ditetapkan bagi hambanya merupakan indikasi bahwa Alloh mencondongkan ilham fasik kepadanya.
sehingga dari sini kita dapat bermuhasabah atas diri kita masing masing. di posisi manakah kita saat ini?
apakah saat ini kita sedang diletakkan oleh Alloh dalam lingkaran tindakan yang penuh maslahat dan kebermanfaatan. ataukah justru sedang diletakkan oleh Alloh dalam keadaan tindak tanduk yang fasik?.

guru kami, pernah menuturkan kepada kami bahwa jika kita sedang diposisi kefasikan. pertama tama terima dan sadarilah dahulu bahwa keadaan itu adalah benar benar dari Alloh. kita ridho dulu atas ketentuan Alloh terhadap diri kita, lantas kita ber-istightighfar, dan mengakui bahwa kita adalah hambaNYA yang sedang dalam keadaan fasik, kita mohon ampun dan lalu mohon diperbaiki keadaan keadaan kita.

terkait hal ini, Rosululloh s.a.w telah bersabda, “Tiada yang bisa menolak takdir (ketetapan) Allah, kecuali doa.” [HR. Tirmidzi, Hakim, Ahmad, dan Ibnu Majah]

wallohu'alam bish-showab

0 comments:

Posting Komentar

Paling Sering Diakses

Bersikap Menerima Ketika Dalam Keadaan Fasik

 فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا "Maka Alloh mengilhamkan kepadanya (jiwa) kefasikan dan ketakwaan" [Q.S. Asy-Syams : 8] sej...