Tentang Kemerdekaan

Yang paling sejati dari kemerdekaan adalah posisi di mana kita selesai dari batasan batasan diri kita yang muncul karena persepsi kita sendiri sendiri.

Energi Semesta Adalah Jumbuh Dengan Manusia

Seluruh Elemen Semesta Telah Manunggal dalam diri kita semua tanpa terkecuali, dan satu kunci untuk mengaksesnya adalah kesadaran anda.

Titik Agung Peradaban

segala sesuatu memiliki akar, maka akar dari peradaban yang gemilang adalah.....

Jumat, 28 April 2023

Bersikap Menerima Ketika Dalam Keadaan Fasik



 فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا

"Maka Alloh mengilhamkan kepadanya (jiwa) kefasikan dan
ketakwaan" [Q.S. Asy-Syams : 8]

sejatinya, setiap segala sesuatu yang terhampar di sekeliling kita ini adalah sudah benar adanya. telah merupakan suatu ketentuan pasti dari Alloh azza wajalla. termasuk juga ketika kita dirundung keadaan fasik (misalnya) terpaksa melakukan sesuatu yang kita tau bahwa itu kurang tepat tapi entah kenapa kita terpaksa melaksanakannya juga. sebagai contoh ringan, kita tahu bahwa membayar hutang, itu baiknya adalah disegerakan jika kita sudah ada bekal untuk membayarnya. namun entah kenapa tiba tiba pas "punya" kita takut bahwa jika uang itu dibayarkan sekarang, maka esok mau makan apa, belanja dengan apa dan seterusnya dan seterusnya. maka jadilah kita menunda pembayaran hutang tersebut. maka kelakuan fasik ini terpaksa kita lakukan.

contoh lain yang sangat gampang adalah menggunjing teman dan sesamanya. menggunjing adalah tindakan yang fasik, namun tidak jarang muslimin terjerumus dalam tindakan seperti itu. sekalipun semua tahu bahwa ini adalah tindakan yang fasik.

nafsu / jiwa yang terkadang memiliki kecenderungan menyesal, (nafsul lawwamah) tidak jarang menjadi celah empuk bagi musuh nyata manusia (iblis/setan) untuk membisikkan prasangka tidak baik atas diri dan ketetapan Alloh s.w.t.
seringkali nafsu lawwamah akan menjadi jalan untuk membisikkan betapa kita ini tidak sempurna, betapa diri itu masih jahat, betapa diri itu masih suka maksiat, dan lebih bahayanya lagi ketika nafsu lawwamah itu digunakan jalan untuk membisikkan pernyataan menyesatkan "betapa Alloh tidak menyayangi dirinya, sehingga Alloh menetapkan bagi dirinya tindakan yang tidak benar"

sehingga jika akal kita tidak memfilter bisikan bisikan itu dengan ilmu, lalu serta merta membenarkannya. tentu ini akan membawa sikap ketidak puasan terhadap ketentuan Alloh. dan ini adalah kecelakaan yang fatal sebenarnya. dirinya menjadi tidak ridho Alloh sebagi pengatur hidupnya (robb), dengan kata lain, yang seperti ini adalah sikap kufur yang tersembunyi (halus). naudzubillah min dzalik.

mengenai ayat yang kita munculkan di atas, dikisahkan dalam tafsir ibnu katsir bahwa dahulu pernah ada seorang laki laki dari bani Muzayyanah atau bani Juhainah yang datang kepada Rosululloh s.a.w lalu bertanya, "wahai Rosululloh, bagaimanakah menurut anda tentang apa yang dikerjakan oleh manusia. yang mana mereka bersusah payah menanggulanginya. apakah hal itu merupakan sesuatu yang telah ditetapkan atas mereka dalam takdir terdahulu, ataukah hal itu merupakan sesuatu yang mereka terima dari apa yang disampaikan oleh Nabi mereka kepada mereka lantas diperkuat dengan hujjah atas diri mereka".
maka Rosululloh s.a.w menjawab, "Tidak demikian, sebenarnya hal itu adalah sesuatu yang telah ditetapkan atas diri mereka"
lalu laki laki tersebut kembali bertanya, "lalu apakah gunanya kita beramal?"
Rosululloh s.a.w menjawab, "barangsiapa yang diciptakan oleh Alloh untuk mengerjakan salah satu di antara keduanya, maka Alloh telah menyiapkan untuk itu".
dan hal yang membenarkan (pernyataan) ini dalam kitabulloh adalah firmanNYA yang menyatakan, "demi jiwa serta penyempurnaannya. Maka Alloh mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan". [Asy-Syams : 7-8]

sejatinya, apabila Alloh menghendaki kebaikan bagi diri hamba hambanya, maka Alloh akan menetapkan bagi hambanya untuk melakukan tindakan tindakan yang memang baik baginya. pun demikian sebaliknya, sesuatu yang tidak tidak bermanfaat yang ditetapkan bagi hambanya merupakan indikasi bahwa Alloh mencondongkan ilham fasik kepadanya.
sehingga dari sini kita dapat bermuhasabah atas diri kita masing masing. di posisi manakah kita saat ini?
apakah saat ini kita sedang diletakkan oleh Alloh dalam lingkaran tindakan yang penuh maslahat dan kebermanfaatan. ataukah justru sedang diletakkan oleh Alloh dalam keadaan tindak tanduk yang fasik?.

guru kami, pernah menuturkan kepada kami bahwa jika kita sedang diposisi kefasikan. pertama tama terima dan sadarilah dahulu bahwa keadaan itu adalah benar benar dari Alloh. kita ridho dulu atas ketentuan Alloh terhadap diri kita, lantas kita ber-istightighfar, dan mengakui bahwa kita adalah hambaNYA yang sedang dalam keadaan fasik, kita mohon ampun dan lalu mohon diperbaiki keadaan keadaan kita.

terkait hal ini, Rosululloh s.a.w telah bersabda, “Tiada yang bisa menolak takdir (ketetapan) Allah, kecuali doa.” [HR. Tirmidzi, Hakim, Ahmad, dan Ibnu Majah]

wallohu'alam bish-showab

Jumat, 04 Februari 2022

Gerak Diri Gerak Alloh

Setiap Percikan IDE atau GAGASAN, kerap kali itu muncul atas dorongan dorongan Daya Ilahiah.

Getaran yang kerap kali timbul di dalam diri kita, yang lalu kemudian biasa kita sebut sebagai "Gairah" atau "Hasrat", adalah merupakan perpaduan dari keinginan dan daya ilahiah.

Alloh selalu bergerak menyertai kita semua. DayaNya seirama dan selaras dengan do'a (Permohonan)serta kesiapan bathin kita. Kesadaran adalah laksana jari jemari yang menekan tombok aktivasi "Daya Ilahiah", sehinga berproseslah "Kun Fa Yakun" -Nya, ata berlaku PengAdaan PengadaanNya.

suatu proses Pengadaan (Yakuun) di balik segala hal atau peristiwa (Haula) pastilah memliki bobot / muatan kekuatan (Quwwata) Alloh. dan apabila ia Quwwata- ini diterima oleh seseorang, dan kemudian ia bergerak selaras denganNya, tindakan sedemikian itulah yang dinamakan 'Ikhtiar".

Jadi "Ikhtiar" adalah tindakan yang berdasarkan tuntunanNya melalui getaran Daya Ilahiah. bukan merupakan tindakan yang asal asalan layaknya tebak tebakan, kalau melakukan ini atau itu mudah mudahan mendapatkan ini dan itu. melainkan lebih ke arah "saya melakukan ini karena Alloh menghendaki saya melakukan ini". 

فَاِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِّنِّيْ هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ - ٣٨

"Maka jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati" [Q.S Al-baqoroh : 38]

Demikian itu ketetapan dariNya, sebuah kabar menggembirakan sekaligus informasi untuk menyadarkan kita semua bahwa DIA pasti menurunkan petunjukNya untuk membimbing kita dalam menapaki segala bentuk problematika hidup di dunia. Demikain pul dinyatakan bahwa memang benar Daya Ilahi itu jika kita ikuti , tidak kita ingkari , maka ia akan membawa kita pada banyak keadaan al-Falah (Kelapngan), kebahagiaan, keberuntungan, juga keselamatan.

Maka Alloh berkali kali menyadarkan kita melalui Al-Qur'an, kalamNya yang Agung. Bahwa DIA senaniasa membersamai kita (wa huwa ma'akum aina maa kuntum). DIA tidaklah jauh di luar diri kita, justru sangat sangat dekat di dalam kalbu kita (wa nahnu aqrobu ilaihi min hablil warid). serta senantiasa bergerak menggerakkan akal pikiran kita (kulla yaumin huwa fi sya'n) yang kemudian memunculkan berbagai ide - ide lalu menjelma dalam bentuk gerak kita.

ide ide luhur ituakan berakhir pada tindakan tindakan yang didasari oleh kesadaran kita. Apakah kesadaran kita mau menerima serta mengakui bahwa ide ide tersebut murni dari Alloh ataukah justru enggan mengakui apalagi menerimanya. Sehingga ia akan menggerakkan atau memicu ide lain yang menjatuhkan yang menyengsarakan atau yang dalam bahasa al-Qur'an disebut sebagai ilham Fujur.

Maka Alloh selain menyatakan bahwa DIA adalah Sang Maha Pemberi Petunjuk / Al-Hadi, Sang Maha Kasih, Sang Maha Welas, DIA juga memperkenalkan DiriNya bahwa Dia jualah yang akan menyesatkan hamba hambaNya. yaitu tentu saja hambaNya yang mengingkari adanya petunjuk dariNya.


فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًاۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ۢ ەۙ بِمَا كَانُوْا يَكْذِبُوْنَ
"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta." [Q.S Al-Baqoroh : 10]

hati manusialah yang sebenarnya berpenyakit, lantas DIA merespon dengan benar benar menambah penyakit yang kelak mengunci hati dan kesadarannya dalam menyaksikan eksistensiNya. serta tidak dapat lagi mengenali petunjuk petunjukNya / buta.

Berdasarkan kesiapan kesadaran kita, Dia akan melimphkan petunjukNya. Daya Ilahi hanya menyelaraskan kesesuaian bathiniah / alam bathin manusia kemana akan dihadirkan realitas bagi manusia.

Do'a dan Ijabahnya

Maka dari itu, Sang Rosul Alloh, manusia paripurna s.a.w mengingatkan kita bahwasannya Alloh s.w.t berfirman, "Aku sesuai persangkaan hamba hambaKU terhadapKU". 
hadirnya prasangka seringkali berupa rasa di dalam dada yang disertai gambaran gambaran dalam benak (visualisasi). sedangkan Do'a yang merupakan kegiatan memohon atau yang lebih tepatnya merupakan Komunikasi 'Menyapa' Alloh, akan sangat mujarab tatkala disertai sikap yang hadir / khudhur. artinya menta rasa dan visual dalam benak selaras atau sesuai dengan ucapan (lafal doa).

Sebagaimana janji Alloh, Ud'uni astajib Lakum -berdo'alah, Aku perkenankan bagi kalian- 

Setiap getaran hati sejatinya adalah merupakan perwujudan doa. perwujudan dari sapaan permohonan kepada Alloh s.w.t. setiap gerak pikiran adalah merupakan do'a.
Sedangkan Alloh s.w.t sangat mengetahui segala sesuatu hingga yang terhalus yang terbesit di dalam bathin manusia. DIA sangat mengetahui apa apa yang tergetar dan digetarkan dari dalam lubuk diri manusia. 

Gerak Pikiran

gerak dan getaran pikiran seringkali terpicu oleh berbagai keadaan realitas duniawi yang sedang dihadapinya, kemudian mewujudkan rasa butuh juga ingin di dalam diri. Realitas duniawi bisa jadi merupakan cara Alloh untuk membawa kita kembali menyapaNya. membawa kita merasakan butuh bercengkrama dengan EksistensiNya. maka sejatinya respond kita dalam menghadapi berbagai hal, akan dapat menjadi barometer seberapa iman dan ikhlasnya diri kita di hadapan Alloh s.w.t. sangat mungkin realitas duniawi menjadi ajang penentu seperti layaknya ujian di sekolah. Pada dasarnya, realita dan respond kita akan saling bercengkrama membentuk realitas baru berikutnya.

Maka Alloh telah menyatakan melalui lisan NabiNya, bahwasannya Pagelaran Dunia seisinya ini hanyalah merupakan ajang ujian semata untuk menguji siapakah yang bersyukur beriman dan siapakah yang kufur.

dalam penerapannya, seseorang yang ingin lepas dari suatu keadaan menuju keadaan lainnya, sebenarnya hanyalah perlu mengubah respondnya atas realitas yang sedang dihadapinya. dalam islam sangat banyak khazanah khazanah yang mengajarkan kita untuk merespond kehidupan. semisal ketika mulai jenuh dengan kemiskina (dalam hal finansial), respond kita terhadap kemiskinan bukanlah dengan membencinya, tapi justru dengan mencintai dan mensyukurinya. menerima dan menyadari bahwa itu merupakan bagian Alloh untuk memuliakan hambaNya. lihat saja dengan adanya pernyataan baginda nabi tentang keutamaan miskin.

selama kita tidak menyadari adanya peran Alloh di dalam suatu peristiwa, niscaya kita akan terkurung dalam lingkaran kekufuran. sekalipun miskin memliki banyak keutamaan, namun di dalam keadaan miskin juga menyimpan batas kekufuran. Rosululloh s.a.w bersabda, "fakir itu sangat dengan kufur". demikian juga keadaan kaya raya berkelimpahan. memiliki dua potensi syukur ataukah kufur. untuk berlepas dari suatu keadaan menuju keadaan yang lain, yang perlu kita rubah adalah cara pandang dan respond kita terhadap suatu keadaan itu. tatkala kita mengkufuri suatu keadaan, selama itu kita akan berkecimpung di dalam keadaan tersebut. sebaliknya, tatkala kita mensyukuri keadaan kita, Alloh akan menaikkan derajat kita dari keadaan yang semula. dan penaikan derajat ini ditandai dengan kematangan Mental bathin kita. atau kematangan / kesiapan jiwa kita untuk menerima keadaan yang lebih baik dari sebelumnya.

Kesiapan Jiwa Kematangan Mental

Kesadaran bathin kita akan membentuk kesiapan baru bagi jiwa kita dalam hal menyambut suatu perubahan keadaan. tatkala jiwa lebih siap menerima suatu hal / peristiwa, ia (jiwa) akan memicu indrawi indrawi kita untuk lebih fokus mencerap hal hal yang berkaitan dengan kesiapan jiwa tersebut. dengan kata lain indrawi akan memiliki kecondongan tersendiri akan hal hal baru tersebut.

misal ketika jiwanya lebih siap dalam hal finansial, maka ia akan tergerak untuk menyukai berbagai hal yang berhubungan dan mendukun perkara perkara finansial. atau ketika jiwanya lebih siap dalam hal keilmuan keilmuan, maka ia akan sangat mudah menemukan berbagai hal yang menumbuhkan kesukaannya pada bidang keilmuan, yang menambahkan ilmu ilmu baru bagi dirinya. semua realitas peristiwa seolah mendukung apa yang menjadi kesiapan bagi jiwa kita.

Maka dahulu sesepuh tanah jawa, kanjeng Sunan Bonang pernah menuliskan dalam Serat Suluk Wujilnya "Perhatikanlah wujil, Dunia Ini Luluh lantak akibat gerak jiwamu". seolah beliau mengisyaratkan bahwa gerak jiwa, kesiapan jiwa, kematangan mental terhadap suatu hal itu sangat menentukan kondisi kita dalam pagelaran hidup ini berikutnya.

Jiwa, seringkali memperoleh kesiapan kesiapan mentalnya berdasarkan pergaulannya. bahkan pergaulannya semenjak kecil dapat mempengaruhi polah gerak jiwanya. sebagaimana isyarat Nabi s.a.w "Setiap bayi yang terlahir itu berada dalam keadaan fitrah, polos, suci, netral. ibu bapaknyalah yang kelak menjadikannya majusi-nasrani-yahudi", karena memang pergaulan seorang bayi paling pertama adalah ibu bapaknya. maka berangkat dari pergaulan itulah kemudian membentuk kebiasaan hingga kesiapan jiwa dalam mengundang dan menerima realitas kelak dikemudian hari. 


Kamis, 20 Mei 2021

Di mana letak HATI manusia?


Dalam suatu hadist qudsi dikabarkan bahwa Alloh s.w.t telah berfirman, "sungguh langit dan bumi tidaklah dapat menampungKU, yang dapat menampungku adalah hati hamba hambaKU yang beriman"

Satu bab yang dari dulu hingga sekarang tidak selesai selesai dikaji adalah bab 'hati'. Hampir selalu mengalami perkembangan makna. Hingga hujjatul islam Imam hamid muhammad al-Ghozali secara hampir rinci membahas masalah ini dengan judul "Ajaib al-Qolb" dalam maha karya beliau Ihya' Ulumuddin.

Secara sederhana kita dapat menyimpulkan bahwa bukanlah hati fisik yang dimaksud oleh Alloh juga rosulNya s.a.w, melainkan hati sanubari. Tempat kita dapat merasakan banyak hal. Tempat di mana kita dapat memahami keluasan, kesempitan, kebahagiaan, kedamaian, ketakutan, harap, cemas dan lain sebagainya. Sehingga tidak sedikit yang memaknai hati tersebut adanya di dalam akal / otak. Sedangkan jika kita mau jujur objektif merasakan kehadiran 'rasa' itu sendiri. Adanya justru di dada. Secara fisik justru merupakan tempatnya paru paru juga jantung.

Apakah jantung itu yang disebut hati oleh khazanah bahasa peradaban arab kuno? Yang bahasanya telah dipilih Alloh sebagai bahasa kitabNya "al-qur'an al-karim".
InsyaAlloh bukan juga, karena 'qolb' ini apabila kita rasakan dengan seksama letaknya ada di kedalaman diri kita masing masing. Hanya dapat kita jangkau dengan keheningan maha sunyi. Tiada lintasan pikiran selain hanya difungsikan untuk mengamati hingga memahami keberadaan qolb ini sendiri. Selama pikiran ambil kendali dalam memutuskan tanpa pengamatan terhadap hal ini, insyaAlloh kita tidak akan benar benar menemukan realitas keberadaannya di dalam diri kita. Wallohu'alam.

Dan tampaknya, jika kita amai dengan seksama hampir hampir hati inilah yang seolah mengendalikan degup jantung sehingga tampak berdegup kencang ataupun lambat. Secara halus ia mengirimkan getaran kedalam otak untuk kemudian menggerakkan berbagai bagian dalam tubuh fisik kita.
Dari sini tentu kita kemudian dapat memahami sabda baginda nabi s.a.w, "di dalam hati anak adam terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka seluruh tubuh juga akan baik. Jika dia buruk maka seluruh tubuh akan buruk pula. Ketahuilah segumpal daging itu adalah hati"

Mau tidak mau melalui pengamatan atas diri sendiri kita akan sama sama menemukan bahwa terdapat semacam gelombang elektromagnetik atau desiran desiran halus yang senantiasa mengalir di dalam diri kita. Terkadang desiran itu bergetar hebat ketika kita merasakan ketakutan, atau terkadang jika berhadapan dengan perkara ghaib akan mewujud dalam rasa merinding. Lebih halus jika kita amati, desiran desiran ini pula yang mengaliri otak kita sehingga otak kita berperan seperti ujung antena yang memancarkan signal ke seluruh penjuru lingkungan. sehingga ia (otak) tampak seperti keberadaan yang hidup sebagai pusat diri manusia.

Kita kembali lagi, hati disebut sebut dalam hadist qudsi sebagai satu satunya wadah yang mampu menerima keberadaan Alloh sejatinya adalah karena ia perkara maha ghoib -kasat mata yang ada di balik sekat- dalam diri manusia. 
sehingga untuk mencapai esensi maha bathin -yakni esensi maha ada yang tak kasat mata, tak dapat diindra dengan indra fisik apapun, tak tersekat apapun, meliputi secara kasat mata tanpa terhalangi-, hanyalah dengan memasuki wilayah bathin dengan 'ghoib'nya diri kita.
Wallohu'alam.

Dikatakan bahwa hati dapat meluas dan menyempit sejatinya hanyalah terjadi asbab seberapa dalam atau dangkalnya kita memasuki kedalam bathin kita sendiri sendiri.
Semakin hening kita dari bermacam macam prasangka pikiran, maka semakin dalam kita mencapai bathin hati kita, dan semakin luas kita mendapati dimensi ghoib.

Dan hanya dengan keluasan hati terluaslah yang kemudian akan mengantarkan kita mencapai penyaksian Tuhan semesta Alam.

............................

Selasa, 18 Mei 2021

PUASA Untuk Alloh. bukan hanya dalam romadhon

Assalamu'alaikum sahabat salikin yang dirahmati Alloh,
Semoga senantiasa dalam samudra syukur dan Mahabbah kepada Alloh Yang Maha Mulia.
Sholawat dan Salam mari sama sama kita panjatkan kepada Alloh teruntuk baginda Nabi Agung Muhammad s.a.w,.. bersama beliau kita beranjak mengenal dan berjalan kehadiratulloh, bersama beliau kita berjalan di dalam bentangan cahayaNya. Bersama beliau InsyaAlloh Alloh ridho kepada kita semua, amiin.

Sahabat salikin yang dimuliakan Alloh, sepertinya romadhon ini tidak ada habisnya. Bulan dan namanya memang sudah selesai, namun esensinya tidak dapat kita pungkiri bahwa itu terus menerus mengiringi laju kehidupan kita. Dimana secara lahiriah Alloh menurunkan banyak khazanah keutamaan di dalam fisik romadhon. Sedangkan secara bathiniah, secara nilai, secara esensial keutamaan itu tiada habisnya.

Apa sih esensi nya romadhon? Apa sih yang paling masyhur terkenang di bulan romadhon? Tentu saja PUASA bukan??
Yap dimensi puasa memang tidak ada habisnya untuk dikupas. Seolah olah Alloh hendak menyadarkan kita tentang pentingnya puasa di segala lini kehidupan bagi kita semua, sehingga Alloh mengutus NabiNya yang mulia s.a.w untuk mengabarkan sekaligus mencontohkan bahwa setelah romadhon masih ada puasa puasa lain yang cukup banyak. senin-kamis, yaumul bidl, asy-syuro, yaumil syawal, puasa daud, dlsb. Tidak ada habisnya.

Sekarang kita kupas sedikit saja nilai dari puasa.
Dalam fikih kita memahami makna puasa adalah berarti 'menahan'. Mulai dari menahan lapar, dahaga, jimak, mengumpat dst. Dalam literatur lain kita mengenal puasa adalah menahan diri untuk berlatih menumbuhkan sikap waro' dan zuhud. Menahan diri untuk tidak mencintai dunia seisinya. sedangkan di sisi Spiritual kita akan diajak memahami bahwa puasa ini belajar untuk memasuki dimensi bathiniah hingga sirr nya diri kita sendiri. Untuk mencapai kesadaran ilahiah al'Ala .. yang tertinggi...

Bagaimana konsep puasa ini dapat menjadi kendaraan untuk mencapai relung bathin dan memasuki segala ruangnya hingga mencapai sirr (rahasia terdalam) dari diri manusianya / pelakunya sendiri?

Sahabat.... kalau kita benar benar menjalankan tuntunan fikih dalam mengatur urusan berpuasa, InsyaAlloh ketika kita renungi atau tafakkuri, kita akan mendapati bahwa segala hal ikhwal ketika berpuasa semata melatih diri kita untuk menanggalkan petentingan duniawi, diri fisik kita adalah termasuk urusan duniawi. Dalam Puasa kita belajar berperan aktif menahan ajakan nafsu untuk memuaskan urusan lahiriah kita. Kita ditunjukkan bahwa Tidak semua keinginan makan maka pasti harus makan. Tidak semua nafsu jimak harus jimak. Bahkan tidak semua pemikiran yang liar (uneg uneg) harus diluap luapkan. Sehingga mau tidak mau kita akan menjalankan dengan baik firman Alloh "..wa laa yusyironnabikum ahada" [al-kahfi] "jangan ceritakan hal mu kepada siapapun.

Aflatul-lisan, menjaga lisan juga menjadi salah satu muatan nilai dalam berpuasa. Kita tahu bahwa lisan menjadi sumber ancaman kerusakan terbesar sesudah hati dan pikiran. Tentu saja hati-pikiran-lisan ini adalah satu gandeng yang mana satu sama lainnya saling mempengaruhi.
Ketika lisannya diumbar berbicara kotor dan tidak pantas, maka ia akan mengotori hati dan memperkeruh pikiran. Demikian pula pikiran maupun hati, apabila ia rusuh, dan lisan tidak terkunci dengan baik, maka akan keluar juga ucapan yang rusuh pula. Bisa jadi fitnah, hasutan dlsb. Bisa jadi Sumber petaka bagi dirinya dan lingkungannya.

Puasa adalah mengajak kita untuk mengontrol itu semua.
Perutnya berpuasa, telinganya berpuasa, matanya berpuasa, lidahnya berpuasa, tangannya berpuasa, kakinya berpuasa, pikirannya berpuasa, bahkan hatinya pun berpuasa. Dan Nafs / Jiwa kita lah yang diajarkan oleh Alloh untuk menjaga itu semua. Susah? Tentu saja di awal awal akan susah, bahkan seterusnya hampir tidak mudah. Terlebih ketika jiwa mulai merasa sombong karena tertipu mengira dirinya bisa mengontrol mengendalikan itu semua. Sedangkan sejatinya ia hanya menerima anugrah kebaikan Alloh s.w.t semata. Makanya Nabi s.a.w mengingatkan bahwasannya JIHAD TERBESAR MANUSIA ADALAH JIHAD TERHADAP NAFSUNYA SENDIRI.

Jiwalah yang diajak Alloh untuk sadar atas eksistensi keberadaannya. Sadar betul dan bangun dari tidur panjangnya selama ini, bahwa ia ada untuk mengemban amanah dariNYA atas semesta raya. Kami katakan atas semesta raya karena memang manusia satu sama lainnya saling ambil peran untuk menjaga alam semesta. Sekecil apapun gerak hati manusia , disadari ataupun tidak, ia akan memberikan efek tersendiri bagi pergerakan alam. Mau baik ataukah buruk.

Sahabat... Setelah kita memahami dan menyadari keberadaan nafs kita sendiri, sudah semestinya kita terbawa menuju sikap zuhud dan waro'. Berangkat dari menahan segala kemauan lahiriah. Kemudian InsyaAlloh akan menemukan realitas rahasia yang tidak mungkin dapat diungkapkan secara verbal. di situlah esensi puasa yang sebenarnya. Pencapaian dimana Alloh berfirman menetapkan, "PUASA ITU ADALAH UNTUK-KU"

Wallohu'alam bish-showab

Selasa, 21 Juli 2020

Dimensi Hati itu tidak terkunci

Hati, yang oleh Rosululloh disebut dan diterangkan sebagai induk atau sumbernya perbuatan seseorang, yang baik maupun buruk gerakan seseorang adalah bersumber dari apa apa yang ada di dalam hati.
Apa apa yang ada di dalam hati ini adalah 'rasa' yang jika ia dipicu oleh sesuatu dari luar maka biasa kita sebut perasaan. Orang yang tidak berperasaan (misalnya) adalah orang yang tidak terpengaruh oleh sentuhan atau rangsangan dari berbagai macam keadaan di luar dirinya. Sedangkan jika ia dipicu oleh perkara di dalam dirinya sendiri, maka biasa kita sebut "merasakan". Semisal, merasakan pahit asin manis, sumbernya adalah di bagian tubuh kita sendiri. Atau keadaan merasakan apa yang dirasakan orang lain (misalnya) ini juga terjadinya bermula dari dalam dirinya sendiri. ia mengakses frekwensi yang sama dengan orang lain, maka ia akan dapat merasakan apa yang orang lain rasakan.

Termasuk keadaan 'merasa' adalah dipicu oleh gerak polah pikiran atau yang biasa kita sebut sebagai prasangka.
Maka ini sebenarnya keadaan hati itu tidak pernah tertutup. Tidak pernah terkunci. Hanya saja ia sedang ternutrisi oleh apa sehingga seolah olah tampak mati atau terkunci.

Dimensi hati adalah dimensi yang tak pernah tutup. Kapanpun kita mau memasukinya, bisa. Tinggal kita secara ego mau apa tidak memasukinya
itu saja, 

Rabu, 27 November 2019

Energi Sejati

Dalam dzikir, meditasi, mengendapan rahsa dlsb, pasti ada suatu keadaan dimana mau tidak mau kita musti mengakui bahwa memang ada suatu kekuatan luar biasa diluar akal, nalar, dan kesadaran kita. Ada penguasa sejati yang memang benar benar mutlak menguasai segala bentuk gerak dan keadaan di jagat raya ini.

Islam mengajarkan suatu kunci untuk mengetuk dan membuka cakrawala kesadaran baru tentang realitas ini. Bukan sekedar kilasan lafadz atau mantra, melainkan benar benar dapat kita masuki ruang spiritualnya. Yakni "laa Haula wa laa quwwata Illa Billah".


Kesadaran baru sekaligus kuno, karena sejatinya pemilik ruang dan waktu adalah Baqo', maka ini berlangsung dan berfungsi untuk seluruh masa dulu-kini-kelak.

Dalam bermeditasi, berdzikir, pengendapan rahsa, kita selalu belajar untuk menep yang artinya benar benar mengendapkan segala bentuk imajinasi, pikiran, bahkan berbagai nuansa rasa.
Hingga benar benar kita mencapai rahsa sejati dimana diri kita yg murni benar benar dapat kita temui dan kita sadari adanya. Diri kita yang sejati adalah apa yg ada di pusat manah (di sekitaran dada) kita. Memiliki gelombang energi cukup besar karena ia hanya sebagai cerminan atau gerbang yang tersambung dengan energi sejati ilahiah. Sekali lagi ia hanya memantulkan atau menyalurkan saja dari Sang Maha Kuasa.

Kalau anda,saya,kita,siapa saja masih mengandalkan pikiran maupun lainnya tentu ini tidak akan benar benar dapat sempurna memancarkan daya ilahiah.
Namun ketika kita sedang berada dalam keadaan yang totalitas berserah, menyadari ketiadaan kita, memasuki ruang demi ruang, dimensi demi dimensi realitas ketiadaan daya upaya kita. Hingga totalitas kita tiada. Maka dari situlah daya ilahiah akan memancar sempurna.

Di wilayah itulah kita berdoa, memohon kepada Sang Penguasa Sejati, tentang apa saja. DIA tidaklah mungkin tidak mengabulkan apa yg kita pinta selama tidak ada muatan buruk , bobrok dan merusak di dalam doa kita.

Wallohu'alam, setidaknya itulah yg dapat kita pelajari dari perjalanan spiritual menuju kesejatian hidup dan kejernihan.

Sabtu, 16 Juni 2018

Kunci Bahagia


Sungguh sangat banyak keterangan dari Alloh dan rosulullo tentang berbagi dengan sesama. Pemenuhan kebutuhan kepada kerabat, sanak saudara, sahabat, tetangga yg memang sedang membutuhkan
Apapun saja, baik materi maupun tenaga.
Maka salah satu sabda kekasih alloh yg sangat terngiang adalah, "Sebaik Baik manusia adalah yg paling bermanfaat bagi manusia lainnya"
Itu merupakan suatu perbuatan yg tentu masuk dalam kategori "amalan sholihan" / perbuatan baik.
Bahkan hal tersebut menjadi substansinya perbuatan baik.

Terkait perkara itu, Allah SWT berfirman:

بَلٰى مَنْ اَسْلَمَ وَجْهَهٗ لِلّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهٗۤ اَجْرُهٗ عِنْدَ رَبِّهٖ  ۖ  وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
"Tidak! Barang siapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 112)

Tidak ada rasa takut serta tidak bersedih hati adala suasana kebahagiaan.
Yang dicari banyak orang dengan cara cara pemenuhan pemenuhan keinginannya pribadi yg konon ingin bahagia justru menjadi kebalikan dari sumber bahagia itu sendiri.
Sumber kebahagian sudah sangat jelas diinformasikan langsung oleh penguasa semesta, Alloh azza wa jalla.
Yaitu 1.Berserah diri secara totalitas kepada Alloh, dan 2.Berbuat Baik.

Sholat apakah merupakan perbuatan baik?
Haji apakah merupakan perbuatan baik?
Sedangkan ini merupakan pemenuhan kebutuhan pribadi?
Bagaimana kita hendak menemukan penjelasan ini?

Sahabat sebenarnya amalan amalan peribadatan dalam islam itu tidak untuk kita pribadi.
Kita sama sama tahu bab sholat.
Dipenghujungnya adalah kita mendoakan saudara saudara muslim kita dan mendoakan rosululloh s.a.w
Meskipun seolah untuk pribadi kita, sejatinya juga untuk orang lain.
Demikian juga peribadatan peribadatan yg lain.
Bahkan puasa pun juga demikian, getaran taqwa yg anda hasilkan dari puasa akan mengimbas kebahagiaan di kanan kiri anda secara sangat sirri, sehingga jarang kita sadari getarannya.

Jadi sebenarnya ini semua adalah tentang hablun minan nass.
Interaksi sosial kita dengan sesama.
Terserah dalam bagian apa anda ikut andil meringankan beban saudara kita.
Silahkan secara mental, ataupun materi.
Yg penting adalah memberikan spirit kebahagiaan.
Kalau yg anda limpahkan adalah justru mempersempit spirit semangat saudara kita.
Siap siap saja kita akan dipersempit pula oleh Alloh dalam macam macam urusan kita
Naudzubillah min dzalik.

Wallohu'alam bish-showab

Sahabat ........
Semoga kita senantiasa diberi keluasan hati dan kasih sayang untuk saling tolong menolong dalam kebaikan.
Amin

Paling Sering Diakses

Bersikap Menerima Ketika Dalam Keadaan Fasik

 فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا "Maka Alloh mengilhamkan kepadanya (jiwa) kefasikan dan ketakwaan" [Q.S. Asy-Syams : 8] sej...