Selasa, 19 November 2024

Memandang Sumber Yang Memproses


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَلَـقَدْ اٰتَيْنَا دَاوٗدَ وَ سُلَيْمٰنَ عِلْمًا ۚ وَقَا لَا الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ فَضَّلَنَا عَلٰى كَثِيْرٍ مِّنْ عِبَا دِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ

"Dan sungguh, Kami telah memberikan ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya berkata, "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari banyak hamba-hamba-Nya yang beriman.""

_[QS. An-Naml 27: Ayat 15]_

=================

Jumhur mufassirin sepakat menjelaskan bahwa rasa syukur yang dimiliki oleh Nabi Daud dan Sulaiman adalah didasari atas kesadaran beliau berdua akan karunia Alloh s.w.t yang diberikan kepada mereka.

Banyak keutamaan yang mereka dapatkan baik dari segi ilmu agama, ilmu kepemimpinan, hingga berbagai ilmu praktis.

dalam Tafsir Al-Ibris, KH. Bisri Mustofa menjelaskan, kedua Nabi tsb lebih memilih menyikapi nikmat yg dinilai sebagai ujian dari Alloh dengan Bentuk Syukur.

Hal ini tentu merupakan contoh yang luar biasa bagi kita semua. Di antara sebagian orang yang memilih bersikap sombong dan mengagungkan ilmunya entah karena banyaknya proses belajarnya, kemudian mengagungkan prosesnya. Kedua Nabi tersebut justru mencontohkan untuk mem-bypas yakni mengagungkan Sang Sumber Ilmunya. Meskipun ini merupakan sudut pandang, namun tentu sudut pandang yang digunakan oleh Nabi Sulaiman a.s dan Nabi Daud a.s ini lebih utama.

Diriwayatkan dalam Tafsir Ibnu Katsir, bahwa Khalifah Umar ibn Abdul Aziz pernah bersurat yang berisi keterangan Apabila Alloh memberikan Nikmat kepada suatu kaum/hamba, lalu si hamba itu memuji Alloh atas nikmat tersebut, maka Pujian seorang hamba itu bernilai lebih Utama daripada kenikmatan yang ia dapatkan.

Artinya, Limpahan Rasa Syukur kepada Alloh s.w.t yg tumbuh dalam Diri seorang hamba itu lebih Utama daripada limpahan nikmat apapun yang telah ia terima. Dengan kata lain, Syukur adalah kenikmatan yang paling Nikmat dari segala nikmat dari Alloh azza wajalla.

Uniknya, serupa dengan apa yg sedang kita pelajari bersama di DNSA ini, munculnya rasa Syukur semacam itu semua. Pada dasarnya adalah runtutan efek dari kesadaran seorang hamba bahwa sumber dari segala hal adalah Alloh semata. Penjelasan semacam ini bisa kita dapati juga dalam tafsir al-Baidhawi, di mana dijelaskan bahwa Rasa Syukur yang ada pada diri Nabi Sulaiman a.s dan Nabi Daud a.s adalah karena mendalamnya kesadaran mereka bahwasannya ilmu dan berbagai kenikmatan yang mereka peroleh bukanlah akibat dari Proses Usaha mereka, melainkan semata mata karena Karunia dari Alloh s.w.t

Maka dari itu, bisa menjadi sebuah bahan muhasabah diri kita apabila sedikit terbesit bahwa apa yang kita peroleh saat ini adalah asbab kasab / usaha kita, maka sudah selayaknya sudut pandang kita musti segera diswitch / diputar menuju sudut pandang bahwa ini semua yang terjadi adalah karena Alloh s.w.t semata, berbagai nikmat sekecil maupun sebesar apapun adalah bentuk karunia Alloh s.w.t.

Hal ini tentu akan memperlihatkan kualitas kita, apakah kita ada dalam shof hamba Alloh yg bersyukur ataukah di barisan hamba Alloh yang kufur.


Wallohu'alam bish-showab

0 comments:

Posting Komentar

Paling Sering Diakses

Akar dari Sikap Sabar

  الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَا لصّٰبِرِيْنَ عَلٰى مَاۤ اَصَا بَهُمْ وَا لْمُقِيْمِى الصَّلٰوةِ ۙ وَمِمَّا رَزَق...