Kamis, 21 November 2024

Penanggung Jawab utama

 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


فَحَقَّ عَلَيْنَا قَوْلُ رَبِّنَاۤ    ۖ اِنَّا لَذَآئِقُوْنَ

"Maka pantas putusan (azab) Tuhan menimpa kita; pasti kita akan merasakan (azab itu)."


فَاَ غْوَيْنٰكُمْ اِنَّا كُنَّا غٰوِيْنَ

"Maka kami telah menyesatkan kamu, sesungguhnya kami sendiri, orang-orang yang sesat.""

(QS. As-Saffat 37: Ayat 31-32)


==================


Potongan ayat ini merupakan serangkaian dari kisah yg berlatar "yaumil hisab". dimana ada segolongan orang sesat yang saat dihisab berdialog dengan pimpinannya yg saat di dunia mengajak mereka dalam kesesatan.

Orang² tersebut mengaku tersesat karena telah diajak oleh pemimpinnya dalam kesesatan. Sedangkan si pemimpin kaum tersebut, mengakui bahwa dirinya pun memang berada dalam kesesatan. Namun ia juga mengaku bahwa ia tidak ada kemampuan untuk menjadikan mereka (kaumnya) untuk tersesat, melainkan karena sejak awal mereka sendiri telah berada dalam tabiat kesesatan yang serupa.


Menyikapi fenomena ini, Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Qur'an mengambil sudut pandang yg agak lain daripada mufassirin lainnya. Dimana beliau r.a melihat dari ayat ini bahwa manusia² yang tersesat cenderung akan mencari 'kambing hitam' atas apa apa yang menimpa pada mereka. Meskipun pada akhirnya mereka sendiripun akan tersadar bahwa penanggung jawab paling utama atas apa apa yg menimpa mereka adalah dirinya sendiri. Seperti halnya fenomena tersebut, mereka tersesat, pada dasarnya adalah karena sejak awal dalam hati mereka sudah menyimpan keraguan yang serupa, sehingga ketika ada oknum lain yang mengajak mereka pada kesesatan maka mereka pun spontan akan mengikutinya.


Sekiranya sejak awal di dalam hati mereka tidak ada kecenderungan dalam kesesatan, tentu ajakan berupa apapun tidak akan berefek atau tidak akan mampu mempengaruhi mereka.


Maka benarlah Firman Alloh s.w.t di ayat lainnya yg menegaskan bahwa perubahan atas suatu kaum itu dapat disebabkan tatkala mereka merubah tabiatnya sendiri.


Senada dengan Fi Zilalil Qur'an, Tafsir Kemenag RI menjelaskan bahwa pada dasarnya pengikut² yg tersesat itu mengikuti pemimpin²nya dikarenakan oleh tabiat dan usaha mereka sendiri untuk meraih jalan kesesatan itu.


---

Sebagai antitesis, tentu ini juga berlaku bagi orang² yang beriman. Dalam artian, kalau memang dalam hatinya penuh dengan keimanan maka ia tidak akan pernah mudah terpengaruh oleh ajakan kesesatan bagaimanapun lihainya para penyesat itu bersilat lidah. Sebaliknya ia akan mudah termotifasi dalam hal hal kebenaran.


Intinya, tabiat dan isi hati sejatinya berkitan erat dengan kesadaran yg telah dianugerahkan Alloh dalam dirinya. Mau diarahkan kemana kesadarannya, akan mempengaruhi cara berpikir dan merespon segala hal yg ada di sekelilingnya.


Wallohu'alam bish-showab

0 comments:

Posting Komentar

Paling Sering Diakses

Akar dari Sikap Sabar

  الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَا لصّٰبِرِيْنَ عَلٰى مَاۤ اَصَا بَهُمْ وَا لْمُقِيْمِى الصَّلٰوةِ ۙ وَمِمَّا رَزَق...