Tentang Kemerdekaan

Yang paling sejati dari kemerdekaan adalah posisi di mana kita selesai dari batasan batasan diri kita yang muncul karena persepsi kita sendiri sendiri.

Energi Semesta Adalah Jumbuh Dengan Manusia

Seluruh Elemen Semesta Telah Manunggal dalam diri kita semua tanpa terkecuali, dan satu kunci untuk mengaksesnya adalah kesadaran anda.

Titik Agung Peradaban

segala sesuatu memiliki akar, maka akar dari peradaban yang gemilang adalah.....

Senin, 31 Oktober 2016

Perjalanan Jiwa / Spiritual

Kenapa Harus ke Alloh?
Ya karena kita ini dari Alloh dong
Memang ada di antara kita yang tidak dari Alloh?
Adapun itu ada jasad kita
Dan jasad kita kelak kembalinya adalah tanah

Nah diri kita ini pasti dan musti kembali ke Alloh
Adanya sholat dan peribadatan lain dalam islam yang ditujukan untuk Dzikir, sesungguhnya adalah melatih diri kita untuk kembali ke Alloh
Dzikir itu kan praktik -inna lillahi wa inna ilaihi rojiun-
Maka kalau dzikir kok jalan di tempat atau berhenti di qolbu, dzikirnya perlu ditingkatkan

Dzikir kesadaran,,,
Kesadaran ini tiga lapis
Mengiringi tida esensi diri
Jasad-jiwa-ruh
Jasad sudah jelas
Jiwa ini yang musti diarahkan dengan jelas
Ruh, dia dari Alloh maka pasti dia kembali ke Alloh
Dia yang tahu jalan kembali itu
Dia yang disebut mursyid sejati itu

Kesadaran yang berhenti di jasad, ia pasti akan tersiksa jika sudah masuk liang lahat.
Bagaimana tidak tersiksa jika ia masih merasakan tubuh terhimpit tanah hancur oleh proses pembusukan
Kesadaran jasad ini musti kita upgrade menuju kesadaran jiwa
Dimana jiwa sudah tidak peduli dan merasakan apa yang di derita jasad
Praktik zuhud, sedekah, puasa dll esensinya adalah ini.

Ketika kesadaran berada pada kesadaran jiwa, dari sinilah perjalanan meninggalkan jasad itu dimulai dan dilatih secara istiqomah
Membiasakan mati, muutu qobla tamuutu kata baginda nabi s.a.w
Inilah dzikrul maut yang sebenarnya itu. Esensi dzikrul maut ya di sini.

Lho bukannya Alloh itu dekat? Kok musti melakukan perjalanan jiwa?
Yang dimaksud perjalanan jiwa / perjalanan spiritual itu bukan seperti ngrogoh sukmo atau mecah rogo
Dimana wujud kita ada banyak lalu berjalan melintasi berbagai ruang yang di atas kewajaran manusia umum.

Perjalanan jiwa itu adalah perjalanan lintas dimensi, bukan lintas ruang dan waktu
Lintas dimensi itu dimana ketika anda memasuki dimensi yang lebih dalam, ia akan semakin meluas dan kadarnya kesuciannya / kadar dimensinya semakin tinggi.
Kalau kita baca qur'an, ada penjelasan bahwa Alloh itu ada di atas arsy, di atas langit tingkat tujuh, sekaligus sangat dekat melebihi urat leher dan ada di mana pun kita menghadap
Ya ini esensinya.

Semoga anda yang membaca ini difahamkan oleh Alloh.

Kamis, 27 Oktober 2016

Penataan Diri Lepas dan Berserah

Kalau sudah pikiran yang bermain, maka ego adalah pemeran utama atas diri kita sendiri.
Bentrok fisik maupun psikis pasti akan terjadi tak terelakkan.

Banyak pertanyaan atau mungkin curhatan -lebih tepatnya- yang menghampiri saya dari beberapa teman pejalan suluk
"Cak, kok rasanya menata diri sendiri itu sulit ya? Tidak seperti kita belajar dari teman teman yang lain. Mereka kok bisa tampak mudah untuk kita pelajari. Maksudnya kita belajar dari tingkah laku orang lain itu tidak semudah belajar dari tingkah laku diri sendiri. Kira kira bagaimana ini ya??"

Kebetulan saya pun pernah merasakan demikian, yang terjadi sebenarnya adalah pengambil alihan peran ego atas diri ini lho yg terlampau dominan
Sehingga peran tuhan atas diri kita terhijab oleh ego / atau pikiran itu sendiri

Dominasi pikir ini yang dalam khazanah tasawuf disebut sebagai hijab
Dan ego ini yang dalam tasawuf juga disebut sebagai nafsu

Semestinya kan diri kita tunduknya ya kepada Alloh
Dzat Mutlak yang Menguasai dan Mengetahui segala sesuatu
Kenapa kok bisa sampai tunduknya kepada nafsu / ego
Nah ini sebenarnya karena kita kurang membuka diri dan menerima

Membuka diri ini layaknya takbir tatkala sholat itu lho
Allohu Akbar ......
Sebaiknya tatkala mengucapkan lafal ini kita bebaskan diri kita sebebas bebasnya
Maksudnya diri bathin kita ya
Jangan dan tidak lagi dibatasi oleh pikir, prasangka, gagasan, ide, khayalan dan lain sebagainya
Loss saja .......
Rasakan dan nikmati dengan benar ...
Ketika melafalkan "Alloooohhhh" buka luas luas diri anda menuju keluasan dan ke-maha akbaran Alloh
Ketika melafalkan "huu Akbar" terima dan bersedialah untuk memasuki wilayah maha besar, luas dan dahsyatNya......

Seperti itu pula ketika kita dalam kehidupan
Menata hati, menata diri
Bukan nafsu menata nafsu
Tapi pasrahkan nafsu itu kepada Alloh
Pasrahkan ego itu kepada Alloh
Cukup buka diri dan menerima limpahan ke-maha luas-anNya
dia (ego) itu akan terlebur dan tertata dengan sendirinya. (Baca: otomatis)

Nah yang demikian itu lebih menyelamatkan bagi kita
Sebagaimana imam ghozali mengatakan dalam kitab minhajul abidinnya, "nafsu itu laksana anjing, kalau anda lawan, dia akan semakin menggonggong dan melawan juga. Lebih baik anda abaikan dan anda serahkan urusan anjing itu kepada pemiliknya. Yang demikian itu akan membuat si anjing tidak mencelakai anda"

Wallohu'alam bish-showab

Senin, 24 Oktober 2016

Dari Bus Ekonomi hingga Fitrah diri

Ada satu interaksi yang memang harus kita pelajari dari Alloh melalui berbagai hal dalam kehidupan
Termasuk tatkala kita berada dalam perjalan bus ekonomi yang murah meriah dan terkadang bahkan seringkali berdesakan
Bukan hanya soal sekedar gengsi karena tak bisa naik suatu angkutan yang lebih santai
Tapi soal bagaimana kita menyikapi posisi kita di hadapan Alloh

Bukan sekedar ikut2an karena lebih murah dan hematnya
Tapi juga tentang bagaimana penerimaan kita atas posisi yang telah diamanahkan oleh Alloh
Bukan pula soal ketakutan pada kesempitan materi
Tapi tentang bagaimana keluasan diri kita hati kita ketika berada dalam sebuah desakan desakan
Ini masih dalam lingkup posisi kita dalam kendaraan umum

Pelajaran menanggalkan gengsi dan kenyamanan pelayanan pun dalam hal ini dapat kita pelajari
Dan semoga hal itu lebih dapat diterapkan dalam keseharian yang Lebih fleksibel dari pada desakan desakannya bus ekonomi

Maka siapapun kita, dari golongan apapun dan bagaimanapun
Sebaiknya lebih dapat memprioritaskan posisi kita di hadapan Alloh
Yakni menerima perintahNya dan menjalankan kehendakNya

Perintah dan Kehendak Alloh ini tidak terbatas pada tekstualitas kalam wahyu sebagaimana kita kenal dalam bentuk al-qur'an dan hadist
Ada yang lebih luas dan fleksibel lagi
Dan justru di situlah letak mutiara mutiara yang tersembunyi itu

Kalau ada yang kemudian bertanya "Manusia memangnya bisa berkomunikasi dengan Alloh?
Hingga hingga ia bisa mengenali perintah Alloh tanpa al-qur'an dan hadist?!"

Maka sadarilah, memangnya sejak kapan manusia tidak bisa berkomunikasi denganNya?
BahasaNya tanpa kata
Kalau kita yang mulai berkata kata dalam balutan bahasa regional ini tidak dapat berkomunikasi denganNya
Berarti kita yang terlalu lalai akan kefitrahan diri kita sendiri
Sedangkan semenjak bayi, kita selalu dalam bimbinganNya
Sangat pantas jika Dia mengabarkan melalui lisan utusanNya, "bayi itu terlahir dalam kondisi fitrah"

Silahkan ditadabburi dirinya
Sadari apa sebenarnya yang menghalangi anda tidak dapat menangkap pembelajaranNya lagi sebagaimana ketika bayi

Wallohu'alam, silahkan di sharingkan jika ada yang memang perlu kita sharingkan...
Wassalamu'alaikun wr wb

Kamis, 13 Oktober 2016

Khazanah Hikmah Dzikir Nafas

Kalau dalam tataran keilmuan tasawuf, kita mengenal adanya 3 hal pokok perjalanan. Tahalli - takholli - tajalli
Pembersihan , pengisian , pengejahwantahan.

Pada dasarnya Tahalli merupakan Pembersihan dari sifat sifat buruk
Takholli merupakan pengisian diri dengan sikap2 yang baik
Tajalli merupakan pengejahwantahan tuhan dalam diri manusia

Selama ini proses ini cukup lama karena dipahami secara terpisah pisah.
Sebenarnya hal ini sangat sederhana dan mudah jika kita jalani secara bulat total.
Dzikir Nafas yg dikembangkan oleh Jamaah Dzikir Nafas Sadar Alloh saya kira adalah kebulatan dari proses ini secara utuh tanpa terpisah pisah satu sama lainnya.

Dzikir Nafas level-1 :
Di mana kita hanya mengamati keluar dan masuknya nafas secara istiqomah,
Anda sadar ataupun tidak, tahap ini akan memproses diri kita untuk berbersih diri / bertahalli. Saktinya, disini bukan kita yang berbersih, tapi dibersihkan oleh Alloh. Sebagaimana nafas ketika kita amati dengan seksama, ternyata nafas itu bukan kita yang bernafas sesungguhnya. Tapi Alloh yang menafaskan kita. Tidak ada peran kita sama sekali dalam proses bernafas. Sangat murni dan nyata Alloh lah yang menafaskan kita. Nah inilah dimana ketika kita sadar bahwa diri kita tidak memiliki peran apapun terhadap diri kita. Proses penyucian dari Alloh itu berlangsung otomatis.

Dzikir Nafas level-2 & level-3 :
Takholli berada pada tahap ini. Setelah kosong, sunyi dari berbagai macam prasangka, pemikiran, nafsu dlsb di level-1, jangan biarkan kosong terus terusan.
Isi kekosongan itu dengan kesadaran ilahiah. Ketika nafas masuk, barengi dengan dzikir Huu... Dan ketika nafas keluar barengi dengan dzikir Alloh. (Level-2).
Kemudian setelah cukup mudah mengiringi nafas dengan dzikir huu Alloh secara berlanjut.
Kemudian ketika dzikir huu, gerakkan jiwa anda menuju Alloh yang tak terbatas, dan begitu pula ketika mendzikirkan Alloh, pasrahkan jiwa (diri) anda kepada Alloh yang maha luas tak terbatas. (Level-3)
Ini adalah proses penyadaran diri atas eksistensi Alloh. Dalam tahap ini, proses takholli sebagaimana yang sudah disinggung di atas itu akan bekerja secara otomatis. Sikap buruk mulai terlebur di level-1, dan berlanjut pada pembentukan karakter sikap yang toyyib / karimah / baik secara lahir bathin secara otomatis diberlakukan pada level-2 dan level-3 ini.

Dzikir Nafas Level-4 :
Selanjutnya adalah tajalli. Yang mana hal ini merupakan hak khusus milik Alloh terhadap pengejahwantahan diriNya kepada hamba - hambaNya yang telah melakukan perjalanan spiritual (suluk) -yang dimulai dari level {tahap} 1 s/d 3.
Banyak dari pelaku Dzikir Nafas yang diberikan tajalli af'al dan sifat oleh Alloh. Sesiapa yang ditajallikan oleh Alloh, dia akan mewakili sifat dan af'alNya.
Contoh sahabat kita yang diberi tajali sifat al-Bashir, tiba tiba saja ia bisa melihat hal hal yang terjadi di bentangan ruang dan wakti yang mustahil dijangkau secara logika. Atau yang dilimpahi sifat al-hadi atau ar-rosyid, ya apa pun yang ia ucapkan akan menjadikan pencerahan hikmah pada sesiapa saja yang mendengarnya.

Namun sekali lagi.... Tajalli itu hak mutlak Alloh, kita tak perlu mengidamkannya. Peran kita yang sangat pasti dan perlu adalah istiqomah menjalankan level 1 s/d 3. Level 4 akan otomatis diberikan oleh Alloh kepada hamba hambaNya yang bersungguh sungguh berjalan kehadiratnya.

"Apabila hambaKU mendekat sejengkal, maka AKU akan menyambutnya sehasta. Apabila hambaKU mendekat sehasta, maka AKU akan menyambutnya sedepa. Apabila hambaKU medekat kepadaKU dengan berjalan, maka AKU akan menyambutnya dengan berlari.
Apabila hambaKU mendekat kepadaKU dengan berlari, maka AKU akan menyambutnya dengan lebih cepat lagi.
Apabila hambaKU telah menunaikan SunnahKU, maka AKU akan menjadi pendengaran yang dengannya ia mendengar, menjadi penglihatan yang dengannya ia melihat, menjadi lisan yang dengannya ia berucap, menjadi tangan yang dengannya ia memukul, menjadi kaki yang dengannya ia berjalan." [Hadist Qudsy]

Wallohu'alam bish-showab

Minggu, 09 Oktober 2016

Suluk Syar'i

Pernahkah kita menyadari bahwasannya seluruh tata laku peribadatan syariat
Tujuan utama adalah fana
Pelepasan akan keterikatan kita terhadap berbagai hal
Coba hayati benar benar ketika kita sedang menjalankan suatu peribadatan yg dianjurkan oleh syar'i
Hayati benar lalu masuki kedalaman dimensi dimensinya
Maka insyaalloh kita akan mendapati bahwa seluruh peribadatan itu adalah menuju kearah fana
Kosong, melebur ke dalam kuasa dan rahmatulloh
Inna lillagi wa inna ilaihi rojiun
Itu tujuan atau puncaknya
Senantiasa bersama Alloh dimana pun dan dalam kondisi apapun

Rukun islam misalnya.
Syahadat adalah proses penyadaran diri akan keesaan Alloh
Dalam perjalanan musyahadah,
Kita musti meniadakan ego kita
Kita melepaskan rasa ketertarikan dan keterikatan kita kepada selain Alloh
Lalu kita beranjak masuk dan melebur dalam keluasanNya
Wahidatusy-syuhud
Manunggal dalam kuasaNya s.w.t

Sholat, ini juga merupakan pelepasan terhadap gerak jasad
Manusia yang telah menyaksikan ketunggalan / keesaan Alloh
Semestinya ia juga harus tidak terjebak pada gerak jasad
Yang sejatinya merupakan gerakNya
Pandangannya musti tetap lurus memandang Sang Penggerak
Hal ini musti istiqomah ditempa terus
Yakni dengan sholat
Semakin sering kita menempa diri dengan tidak terpaku pada gerak lahiriah,
InsyaAlloh semakin fana dan mantab penyaksian kita dihadiratulloh

Puasa, pun demikian.....
Menanggalkan rasa, melepaskan diri dari hasrat rasa
Para pejalan suluk, ditengah perjalanannya
Sering kali terpaku pada rasa
Berbagai macamdan bentuk rasa
Rasa malak, rasa rasul, rasa tuhan sendiri dlsb
Sebaiknya itu semua dilewatinya hingga benar benar haqq apa yang disaksikannya
Memang benar merasakan hadirNya adalah sama dengan menyaksikanNya
Namun untuk benar benar mamandang samudra, tak mungkin kita hanya mencicipi asinnya lautan dari tengah pusat kota saja.

Zakat dan haji juga sudah barang pasti kita semua paham pelepasan apa yang diajarkan dan ditempa dari peribadatan teresebut.

Demikian pula adanya berbagai macam wirid syar'i
Yang sudah turun temurun diwariskan oleh baginda nabi s.a.w melalui para ulama r.a
Coba hayati , dalami, dan masuki
Seluruhnya akan membawa anda panda kondisi fana fillah.
Semestinya, seorang salik tidak lagi terpaku pada lisan jika memang ia sudah menjalani apa yang dibacanya
Awalnya iya memang musti paham apa yang dibacanya
Selanjutnya itu yang saya maksud dengan tidak terpaku pada lafadz yang keluar dari lisan

Wallohu'alam bish-showab
Silahkan diselami sendiri sendiri peribadatan peribadatan dan wirid yang selama ini sedang kita tunaikan.
Al-fatihah

Sabtu, 08 Oktober 2016

Lahirnya Ulama Su' (jahat)

Sebelumnya, tulisan ini sebaiknya tidak digunakan untuk menganalisis orang lain. Melainkan sebaiknya untuk mengkoreksi diri sendir. Salam santun dan hormat.

Rosululloh s.a.w pernah berpesan bahwa diakhir zaman akan bermunculan ulama ulama su' (jahat)
Beliau bersabda, “Akan muncul di akhir zaman orang-orang yang mencari dunia dengan agama. Di hadapan manusia mereka memakai baju dari bulu domba untuk memberi kesan kerendahan hati mereka, lisan mereka lebih manis dari gula namun hati mereka adalah hati serigala (sangat menyukai harta dan kedudukan). Allah berfirman, “Apakah dengan-Ku (kasih dan kesempatan yang Kuberikan) kalian tertipu ataukah kalian berani kepada-Ku. Demi Diriku, Aku bersumpah. Aku akan mengirim bencana dari antara mereka sendiri yang menjadikan orang-orang santun menjadi kebingungan (apalagi selain mereka) sehingga mereka tidak mampu melepaskan diri darinya.” (HR. Tirmidzi).

Diriwayatkan bahwa Allah Ta’ala memberi wahyu kepada Nabi Daud a.s, “Wahai Daud jangan engkau jadikan antara Aku dan antara dirimu seorang alim yang sudah tergoda oleh dunia, sehingga ia bisa menghalangimu dari jalan mahabbah-Ku. Karena sesungguhnya mereka adalah para perampok yang membegal jalan hamba-hamba-Ku. Sesungguhnya hukuman terkecil yang Aku kenakan untuk mereka adalah Aku cabut kelezatan bermunajat dari hati mereka.” (Jami’ Bayan al-Ilmi, Ibnu Abdil Bar).

Oke kita pelajari diri kita sendiri sendiri
Ulama adalah merupakan bentuk jamak dari alim yang berarti orang berilmu
Orang berilmu secara umum adalah siapapun yang menguasai suatu keilmuan
Sangat bisa jadi kita adalah salah satunya namun tidak kita sadari

Siapapun kita, apapun disiplin ilmu yang telah kita miliki
Adalah satu hal yang musti benar benar kita amalkan atau setidaknya kita sikapi secara jujur
Tidak disalah gunakan dalam hal apapun
Fiqh misalnya, tidak digunakan untuk menyalahkan pendapat yang lain sehingga ia menjadi pemenang dalam suatu perdebatan
Atau tasawuf misalnya, tidak digunakan untuk menyerang atau mengkafirkan sesama.

Namun sebenarnya ulama su' hanya benar benar dapat terlahir tatkala ilmu itu tidak benar benar merasuk dalam urat nadi si pemegang ilmu
Yaa dengan kata lain ulama su' adalah sama dengan kaum khawarij yang pernah digambarkan oleh nabi s.a.w sebagai golongan yang membaca al-qur'an namun bacaannya tersebut tidak sampai melewati tenggorokannya.

Ada beberapa tanda cikal bakal calon ulama su' dalam diri kita
1. Ilmu yang tidak kita amalkan
2. Sibuk memandang luar diri dan sering menyalahkan apapun dan siapapun yang tidak selaras dengan dirinya
3. Tidak menjalin komunikasi dengan Alloh sang pemilik ilmu
4. Tidak menjalin silaturrahmi dengan rosululloh.

Tanda tanda yang sangat nampak adalah bercokolnya iri, dengki, sombong, dlsb dalam hal apapun dan kepada siapapun.
Namun tanda yang lahir ini sebenarnya hanyalah imbas/efek dari keempat tanda sebelumnya

Oke mari sekarang kita ulas
Yang pertama, ini adalah hal dasar bagi siapapun kita. Ketika ada ilmu yang kita terima, sebaiknya kita praktikkan / amalkan.
Ilmu yang telah benar dijalankan akan membukakan satu celah dalam hati untuk dapat sambung antara fitrah manusia dengan cahaya ilahiah.
Hal ini akan membentuk karakter diri yang santun , lemah lembut dsb.
Yang jauh dari istilah su' (jahat)
Setiap tutur katanya melahirkan hikmah dlsb.
Kesimpulan dan uraian uraiannya akan suatu keilmuan lebih mendamaikan dan menyegarkan
Lebih arif dan bijak dsb.
Namun kalau suatu ilmu tidak dipraktikkan ia akan merangkul tanda kedua, yakni terlalu sering melihat keluar diri.
Yang dikoreksi secara terus menerus adalah yang selain dirinya
Suka berdebat untuk mencari kemasyhuran dlsb. Naudzubillah min dzalik.

Kedua, kebaikan tidaklah dapat diraih dari luar diri. Yang diluar diri itu semua hanyalah efek dari apa apa yang ada di dalam diri.
Kalau diri kita sendiri saja kotor, maka sebaik dan sesuci apapun yang ada di hadapan kita, tentu yang nampak adalah kotoran dari sebagian kecil kesucian di hadapan mata kita tsb.
Maka siapapun kita yang sering lalai dari mengkoreksi kejernihan bathin kita sendiri, maka pelampiasannya pastilah mencari celah kesalahan apa dan sesiapa yang di luar diri kita.
Yang terjadi selanjutnya apa kalau sudah demikian?
Saya yakin anda sudah bisa menjawabnya sendiri

Yang ke tiga, terkadang kita memang harus menatap keluar diri, dan terkadang pula ada beberapa ilmu yang bukan untuk kita.
Maka dalam hal ini sebaiknya jangan putuskan komunikasi anda dengan Alloh.
Kalau masih ada yang bertanya bagaimana komunikasi dengan Alloh itu, ada baiknya praktik silatun dzikir nafas yang kami sediakan metodenya di blog ini. Atau baca baca beberapa postingan suluk gemblung sebelum sebelumnya.
Memang bukan hanya ketika alpa saja sambung komunikasi dengan Alloh ini, melainkan juga ketika mengamalkan suatu ilmu atau ketika sedang meraba diri sendiri.
Hal itu akan lebih jernih. InsyaAlloh.
Kalau lepas / tidak sambung komunikasi dengan Alloh?
Yaa sudah barang pasti diri kita akan ditutupi oleh kabut kabut prasangka yang notabene setiap prasangka itu sendiri pasti dihinggapi oleh setan
Energi negatif yang membuat kerusakan di muka bumi / lingkungan. Ini juga merupakan pintu su' (kejahatan)

Keempat silaturrahmi dengan rosululloh s.a.w , "bagaimana mungkin? Bukankah baginda nabi telah wafat?!" dengan jalan sholawat. Coba cek pada tulisan di blog ini melalui tag sholawat, insyaAlloh di sana suluk gemblung sudah menuliskan cara bersilaturrahmi kepada rosululloh. Karena sejatinya yang dikebumikan hanyalah jasad beliau s.a.w, beliaunya sendiri masih dapat menjalin komunikasi dan dapat kita temui saat ini di sini. :)
Kenapa tidak menjalin silaturrahmi dengan rosul juga menjadi pintu su' (jahat), karena beliaulah yang mengajarkan cara menebarkan rahmat.
Apakah tidak cukup hanya dengan menjalin komunikasi dengan Alloh saja? Tidak, dalam komunikasi dengan Alloh pun, suatu ketika akan diperintahkanNya untuk bersilaturrahmi dengan rosulnya.
Inilah yang menjadi hakikat firmanNya, "...wahai orang orang yang beriman, bersholawatlah kalian kepadanya (rosululloh s.a.w) dan bersalam lah agar kalian terselamatkan"

Allohummahdina ash-shirotol mustaqim, shirotolladzina an'amta 'alaihim ghoiril maghdhubi 'alaihim wa laa adh-dholliin..
Amin
Wallohu'alam bish-shiwab

Paling Sering Diakses

Bersikap Menerima Ketika Dalam Keadaan Fasik

 فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا "Maka Alloh mengilhamkan kepadanya (jiwa) kefasikan dan ketakwaan" [Q.S. Asy-Syams : 8] sej...