Rabu, 31 Agustus 2016

Rasa & Rahsa Manjing (mencuatnya) Iman

Pertanyaan sederhana dari para salik yang sering berlalu lalang
ketika mereka mulai terbentur keterbatasan bahasa
"Cak .... apa sih perbedaannya Rasa dan Rahsa itu?"

begini ....
kalau anda sedang dicaci maki, dihina, dikucilkan, dipuji, dihormati dlsb,
apa yang terbesit di dalam diri anda?
apakah marah, bangga, biasa saja ??
itulah sebagian dari rasa itu
atau kalau anda sedang menikmati suatu hidangan tertentu
pasti akan muncul sebuah sensasi atau lebih yang membuat anda paham tentang hidangan tersebut
itu juga adalah rasa

jadi rasa itu adalah efek timbal balik atau respon atau sensasi
yang muncul ketika ada sentuhan dari luar diri
ketika anda membaca qur'an
kok tiba tiba anda menemukan hardikan atau petunjuk dari Alloh kepada anda
ini juga bentuk rasa
ketika kita melihat seseorang yang serba kekurangan kemudian muncul iba
itu juga bagian dari rasa

sombong dan kawan - kawannya itu juga bagian dari rasa
maka orang - orang jawa kuno dahulu pernah berpesan
"jadilah orang yang bisa ruhmongso (merasa), bukan yang rumongso (merasa) bisa"
rasa ini perlu didudukkan pada kedudukan yang pas juga
bisa merasa itu adalah respond kepada lingkungan secara benar real
bukan menafikkan realita, atau merasa bisa ini

kalau merasa bisa, yang terjadi akhirnya adalah keegoan diri
yang kemudian menjadi serba menghijab pandangan sejati
seharusnya merasa iba, malah merasa sombong dan lain sebagainya
ini yang saya maksudkan mendudukkan rasa pada tempatnya

nah, rahsa adalah kebalikannya
ia adalah semacam dorongan dari dalam diri
yang timbul akibat desakan perintah Ilah dalam diri
contoh adalah dorongan yang mengharuskan anda bernafas atau berhenti bernafas
dorongan yang mengharuskan jantung dan paru - paru anda bergerak atau berhenti bergerak
dan lain sebagainya

termasuk juga apakah anda harus bertindak sesuatu atau diam
yang tanpa didahului keinginan apapun
yang tak bisa dihalang - halangi

kalau ulama sepuh kita bersyair, "Manjing e Rohso Tondo Yen Iman"
(Hampir/Mencuatnya Rahsa itu adalah tanda adanya iman)
kalau rahsa ini sudah kita ikuti dengan benar (mencuat mewujud dalam tindakan)
ya inilah tanda kalau orang itu beriman

maka iman ini tidak bisa dibuat buat
orang bisa saja mengaku beriman
tapi hanya mengaku ngaku saja bisanya
ia tidak akan bisa benar benar memunculkan iman
tanpa dilatih dengan bersikap jujur dalam mendudukkan rasa itu tadi

Rahsa yang manjing (mencuat) itu juga didapat dari kejujuran kita dalam merasa sesuatu
Bismillah wallohu'alam bish-showab

8 komentar:

  1. Rahsa iku sejatine wujud geter (obah-obahan) terkadang ugo biso meneng (ngumpul-mligi). Menowo mligi utw meneng mulih pulih marang rasa. Rasa iku kang tansah meneng, yoiku wadahing rahsa kang mengku sakabehing rahsa. Bedane rasa karo rahsa, yen rasa meneng,balik rahsa keder utawa sumebar. semono uga saben rahsa mesti wis kanti rasa. Dadi rasa keno kaupamake badane, rahsa minongko tangane.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kenapa menurut saya rohso adalah ruhnya roso.
      Roso adalah badannya

      Hapus
    2. Mrnurut saya rohso adalah ruhnya roso dan roso adalah badannya

      Hapus
  2. Matur suwun...
    Sesuai dengan kstahati saya

    BalasHapus
  3. Rasa sejati besok aku akan bertemu kamu,rasa ini tertuju padamu

    BalasHapus
  4. Bagi saya pribadi setiap melakukan tindakan selalu dipertimbangkan berulang ulang tidak langsung ambil keputusan,kalau merasa pas baru ambil tindakan .

    BalasHapus

Paling Sering Diakses

Bersikap Menerima Ketika Dalam Keadaan Fasik

 فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا "Maka Alloh mengilhamkan kepadanya (jiwa) kefasikan dan ketakwaan" [Q.S. Asy-Syams : 8] sej...