Tentang Kemerdekaan

Yang paling sejati dari kemerdekaan adalah posisi di mana kita selesai dari batasan batasan diri kita yang muncul karena persepsi kita sendiri sendiri.

Energi Semesta Adalah Jumbuh Dengan Manusia

Seluruh Elemen Semesta Telah Manunggal dalam diri kita semua tanpa terkecuali, dan satu kunci untuk mengaksesnya adalah kesadaran anda.

Titik Agung Peradaban

segala sesuatu memiliki akar, maka akar dari peradaban yang gemilang adalah.....

Rabu, 27 November 2019

Energi Sejati

Dalam dzikir, meditasi, mengendapan rahsa dlsb, pasti ada suatu keadaan dimana mau tidak mau kita musti mengakui bahwa memang ada suatu kekuatan luar biasa diluar akal, nalar, dan kesadaran kita. Ada penguasa sejati yang memang benar benar mutlak menguasai segala bentuk gerak dan keadaan di jagat raya ini.

Islam mengajarkan suatu kunci untuk mengetuk dan membuka cakrawala kesadaran baru tentang realitas ini. Bukan sekedar kilasan lafadz atau mantra, melainkan benar benar dapat kita masuki ruang spiritualnya. Yakni "laa Haula wa laa quwwata Illa Billah".


Kesadaran baru sekaligus kuno, karena sejatinya pemilik ruang dan waktu adalah Baqo', maka ini berlangsung dan berfungsi untuk seluruh masa dulu-kini-kelak.

Dalam bermeditasi, berdzikir, pengendapan rahsa, kita selalu belajar untuk menep yang artinya benar benar mengendapkan segala bentuk imajinasi, pikiran, bahkan berbagai nuansa rasa.
Hingga benar benar kita mencapai rahsa sejati dimana diri kita yg murni benar benar dapat kita temui dan kita sadari adanya. Diri kita yang sejati adalah apa yg ada di pusat manah (di sekitaran dada) kita. Memiliki gelombang energi cukup besar karena ia hanya sebagai cerminan atau gerbang yang tersambung dengan energi sejati ilahiah. Sekali lagi ia hanya memantulkan atau menyalurkan saja dari Sang Maha Kuasa.

Kalau anda,saya,kita,siapa saja masih mengandalkan pikiran maupun lainnya tentu ini tidak akan benar benar dapat sempurna memancarkan daya ilahiah.
Namun ketika kita sedang berada dalam keadaan yang totalitas berserah, menyadari ketiadaan kita, memasuki ruang demi ruang, dimensi demi dimensi realitas ketiadaan daya upaya kita. Hingga totalitas kita tiada. Maka dari situlah daya ilahiah akan memancar sempurna.

Di wilayah itulah kita berdoa, memohon kepada Sang Penguasa Sejati, tentang apa saja. DIA tidaklah mungkin tidak mengabulkan apa yg kita pinta selama tidak ada muatan buruk , bobrok dan merusak di dalam doa kita.

Wallohu'alam, setidaknya itulah yg dapat kita pelajari dari perjalanan spiritual menuju kesejatian hidup dan kejernihan.

Paling Sering Diakses

Bersikap Menerima Ketika Dalam Keadaan Fasik

 فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا "Maka Alloh mengilhamkan kepadanya (jiwa) kefasikan dan ketakwaan" [Q.S. Asy-Syams : 8] sej...