Tentang Kemerdekaan

Yang paling sejati dari kemerdekaan adalah posisi di mana kita selesai dari batasan batasan diri kita yang muncul karena persepsi kita sendiri sendiri.

Energi Semesta Adalah Jumbuh Dengan Manusia

Seluruh Elemen Semesta Telah Manunggal dalam diri kita semua tanpa terkecuali, dan satu kunci untuk mengaksesnya adalah kesadaran anda.

Titik Agung Peradaban

segala sesuatu memiliki akar, maka akar dari peradaban yang gemilang adalah.....

Sabtu, 20 Mei 2017

Menemukan kebenaran

Dalam setiap perputaran zaman, selalu ada kekeruhan dan penjernihan dalam hal kebenaran.
Ada suatu masa di mana tampak terang benderang mana yg benar dan mana yg salah. Layaknya kita melihat mana kursi dan mana kopi di siang hari.
Layaknya kita mengetahui dengan jelas mana bintang dan mana bulan di saat purnama.

Namun pasti ada pula suatu zaman yang namanya kebenaran dan kezaliman itu berbaur padu hingga kita tidak dapat membedakan mana itu yg haq dan mana itu batil
Manusia seolah meraba raba tentang kebenaran dan kemudian menyimpulkan beberapa hal yg justru jauh dari kebenaran itu sendiri.
Kita memang tidak akan pernah benar benar tau mana yg sejatinya haqq dan mana yg bathil jika kita sedang berada di dalam zaman yg seperti demikian itu
Demikian buram
Bahkan mengira yg benar adalah salah dan yg salah adalah benar
Naudzubillah mindzalik
------

Maka mari kita sama sama memohon kepada Alloh untuk ditunjukkan mana yg benar (haq) dan mana yg bathil (keliru)

Alloh adalah Dzat Yang Maha berfirman
Yg menjawab Doa dari setiap hambaNya yg berdoa
Yang Maha memberi petunjuk kepada hamba hambaNya yg memang benar benar mendambakan petunjukNya.

Dalam surah Al-Baqoroh, Alloh memberi gambaran tentang Adam a.s yg diturunkan ke bumi lantas DIA mewanti wanti agar adam a.s mengikuti petunjuk (huda) Nya agar ia tidak bersedih hati dan khawatir akan berbagai hal.
Dan hal ini tidak hanya berlaku untuk sayyidina adam a.s saja
Melainkan juga berlaku bagi kita hingga saat ini bahkan keturunan kita di masa yg akan datang.
Petunjuk dariNya tidak akan pernah ada putusnya, maka dari itu kita diajari olehNya melalui lisan nabiNya yg mulai s.a.w untuk memohon kepadaNya agar senantiasa mengenali petunjukNya (ihdina ash-shirotol mustaqim) dan mematuhi seruanNya.
------------

Di zaman sekarang ini, di tengah cepatnya pertukaran informasi
Banyak sekali gambar gambar atau tulisam tulisam yg sedikit banyak telah mempengaruhi sudut pamdamg dan cara berpikir kita.
Seperti halnya gambar singkat seperti yg saya lampirkan di bawah artikel ini.

Tentang dua orang yg memperdebatkan kebenaran dari sudut pandangnya masing masing.
Kita yg menyaksikan, apalagi jika dimintai pendapat oleh kedua kubu, bagaimanakah sikap kita?
Atau seolah olah gambaran itu memberikan kesan pemikiran "jika kita masih suka memperdebatkan sesuatu hanya karena sudut pandamg kita pribadi saja, maka kita adalah sosok yg ada di dalam gambar tersebut"
"Kalau kita perluas sudut pandang kita, seolah seolah dua orang itu adalah sama sama menyatakan kebenaran atas sudut pandangnya masing masing"

Kacaunya, seringkali kita hanya akan berhenti pada kesimpulan yg kedua tersebut tanpa melanjutkan dan memperluas lagi sudut pandang kita atas sebuah problematika.
Dan saat kita mulai meluaskan jangkauan pandangan kita, kita akan mendepati tentang ketepan dan kebenaran yg nyata. (Perhatikan gambar)
-------------

Sayyidina umar r.a, ketika dihadapkan kepada persoalan kaum muslimin yg mengadukan kedzaliman tetangganya bahwa budak dari tetangganya tersebut telah mencuri untanya, dan lantas si tersangka tersebut hampir tidak mau bertanggung jawab atas kelakuan budak budaknya. Maka sayyidina umar lantas bertanya kepada si budak mengapa ia sampai mencuri unta tetangganya.
Dan dari jawaban si budak, maka sayyidina umar baru bisa memahami yg terjadi lantas memutuskan hukum / penyelesaian bagi mereka.

Sikap seperti itu adalah sikap yg tertuang dalam gambar sebelah kanan.
Seandainya sayyidina umar kala itu hanya berhenti pada sudut pandang seperti pada gambar yg pertama (hanya tampak angka 6 dari kedua sisi) maka tentulah masalah yg ada tidak akan benar benar dapat diselesaikan.
----------------

Jadi kebenaran itu sendiri sebenarnya ada tiga jenis yg dapat kita pahami dari sudut pandangnya
1) benar individual
2) benar haqiqiyah
3) benar mutlak

Yg pertama adalah benar yg dilihat dari sisi egoisentris masing masing diri kita. Apapun yg beda dari kita adalah salah.
Hal yg seperti ini yg menimbulkan banyak pertikaian antar individu maupun kelompok / golongan.
Pada dasarnya pertikaian yg ada didominasi oleh sudut pandang egoisentris kelompoknya ataupun dirinya sendiri. Hal yg semacam ini adalah cukup jauh dari kebijaksanaan dan sangat jelas menunjukkan kedangkalan pola pikir. Padahal yg bersangkutan sendiri tidak benar benar tau apa yg terjadi sebenarnya.
Ini adalah seperti orang yg sakit tapi ia tidak tahu bahwa ia sedang sakit, atau seperti orang yg bodoh tapi ia tidak tau bahwa dia adalah bodoh sehingga sampai kapanpun kebidohannya tidak akan dapat terobati.

Yang ke dua adalah benar yg dilihat dari sudut hakikat. Karena segala sesuatu itu memang benar terjadi atas izin Alloh lantas kita membenarkan segala bentuk kemaksiatan yang ada dan membiarkannya menjamur begitu saja. "Faalhamahaa fujuroha wa taqwaha" dalihnya. Padahal firman Alloh itu sendiri adalah untuk mengusik kesadaran kita sebagaimana tertuang pada ayat berikutnya, "qod aflaha man zakkaha" beruntunglah bagi orang orang yg membersihkan jiwanya.
Pandangan semacam ini adalah pandangan yg bisa dikatakan masih blur
Pandangan seperti ini biasanya terjadi pada kalangan salikin yg berhenti bersuluk pada tataran menyatunya dirinya dengan alam semesta.
Memang benar adanya dalam wilayah itu, sensasi ketenangan luar biasa itu hadir, bahkan hampir hampir ra urus dengan kanan kirinya karena ia memandang serba benar semata. Orang berzina benar, minum khamr benar dll. Naudzubillah min dzalik.

Salikin memang tak boleh berhenti pada wilayah yg seperti itu
Ia musti melanjutkan perjalanan spiritualnya hingga mencapai wilayah yg ke tiga.
Memandang kebenaran yang memang sejatinya itulah kebenaran.
Keluasan yg lebih luas dari alam semesta
Keluasan yg lebih luas daripada luasnya wilayah hakikat
Di sinilah kita sama sama paham betul mana haq yg yg bathil (atas bimbinganNya)

Wallohu'alam bish-showab

Paling Sering Diakses

Bersikap Menerima Ketika Dalam Keadaan Fasik

 فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا "Maka Alloh mengilhamkan kepadanya (jiwa) kefasikan dan ketakwaan" [Q.S. Asy-Syams : 8] sej...