Minggu, 13 Maret 2016

Gerhana; Ketidak Tepatan Posisi Akal Dalam Diri Manusia

Bukanlah atas ego dan gerak pikir yg kemudian dilaksakan oleh anggota badan yang disebut ikhtiar itu
Bukan atas keinginan dan khayalan lantaskan kita bergegas beranjak bergerak yang dinamakan ikhtiar itu

Mungkin kita terlampau sering tercebur dalam buramnya makna
Ikhtiar diterjemahkan sebagai kepatuhan gerak badan atas perintah pikiran
Bukan sesuatu hal yang salah jika karena memang seringkali kita menterjemahkan ikhtiar sebagai kepatuhan atas angan dan gerak pikiran

Namun sangat perlu kita sadari bahwa ada dimensi mendasar yang terkurung wilayah pikiran.
Tatkala pikiran mendominasi tingkah laku
Tatkala angan dan khayalan mengiming imingi badan untuk bergerak,
Tatkala itu kesejatian gerak manusia terhalangi

Manusia tak terhubung lagi dengan kemurnian
Manusia terhijab dari kesejatian
Dikatakan bahwa bayi yang baru lahir adalah dalam kondisi fitrah (murni)
Karena kala itu si bayi tak terbendung pikir dan angan
Sangat benar apa yang disampaikan para arif billah tentang ajakan untuk kembali menjadi bayi
Dimana kita tidak mengedepankan ego pikir dan angan untuk menggerakkan badan
Namun berdasar kemurnian fitrah manusia

Menjadi bayi lagi itulah yang dikatakan sebagai kosong.
Pikiran berada di bawah kendali kesadaran murni
Bukan pikiran menghalau kesadaran murni
Ini namanya gerhana jika pikiran yang semestinya memantulkan cahaya murni justru menghalaunya

Manik kilau pikir dan akal semestinya adalah bagai rembulan,
Yang memantulkan cahaya ilahiah, cahaya kemurnian manusia

Proses pengembalian diri atas fitrah / kemurnian inilah yang dikatakan sebagai jihadun nafs oleh baginda yang mulia muhammad s.a.w
Proses penaklukan diri / nafs agar kembali berada pada tempatnya
Laksana rembulan lagi.

Nafs muncul dan tumbuh seiring pikiran; akal berkembang.
Ulil albaab / orang orang yang berakal yang sering disebut sebut dalam firman suci, adalah pengusikan oleh Sang Robb semesta alam untuk menyadarkan lagi posisi nafs manusia yang semestinya
Nafs semestinya tunduk akan aturan ilahiah, bukan justru mengakali
Secara lahirian gerak nafs yg mewujud dalam gerak anggota badan diwajibkan patuh akan undang undang wahyu (syariat)
Secara hakiki, gerak nafs wajib patuh akan sabda ghoib dari Yang Maha Bathin.

Suatu ketika baginda yang mulia muhammad s.a.w mengabarkan bahwa Awal mula beragama adalah mengenal Alloh
Adalah suatu ketukan kesadaran manusia mengenai kepada siapa hendaknya diri kita mengabdi
Atau mengikuti kehendak siapa kita harus patuh
Manusia yang menyadari tentang posisi dirinya dan robbnya, semestinya mulai menempatkan diri pada tempat yang tepat.

0 comments:

Posting Komentar

Paling Sering Diakses

Bersikap Menerima Ketika Dalam Keadaan Fasik

 فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا "Maka Alloh mengilhamkan kepadanya (jiwa) kefasikan dan ketakwaan" [Q.S. Asy-Syams : 8] sej...